Memahami Tik Dalam Pembelajaran Sebagai Salah Satu Kompetensi Kepala Sekolah
5:39 PM
Edit
Dalam dua dasawarsa terakhir ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang amat pesat dan secara fundamental telah membawa perubahan yang signifikan dalam percepatan dan inovasi penyelenggaraan pendidikan di banyak sekali negara. Bahkan terdapat tekanan TIK yang sangat besar terhadap sistem pendidikan secara global karena: (i) teknologi yang berkembang menyediakan kesempatan yang sangat besar untuk membuatkan manajemen pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah, (ii) hasil berguru siswa yang spesifik sanggup diidentifikasi dengan pemanfaatan teknologi baru tersebut, dan (iii) TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk mentransformasikan seluruh aspek di dalam pendidikan di sekolah dan memanfaatkan
A. Pengertian TIK
A. Pengertian TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) meliputi dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, penguasaan TIK berarti kemampuan memahami dan memakai alat TIK secara umum termasuk komputer ( Computer literate) dan memahami informasi ( Information literate ).
Tinio mendefenisikan TIK sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan, dan mengelola informasi. Teknologi yang dimaksud termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon. UNESCO (2004) mendefenisikan bahwa TIK yakni teknologi yang dipakai untuk berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan informasi. Defenisi umum TIK adalah computer, internet, telepon, televise, radio, dan peralatan audiovisual.
B. Model Pengembangan TIK dalam Pendidikan
Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan prangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) membagi perkembangan tersebut kedalam 5 fase.
Fase pertama (akhir 1970an – awal 1980an) yakni fase programming, drill and practice. Fase ini ditandai dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang menyajikan latiha-latihan mudah dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan bahasa. Latihan-latihan ini hanya sanggup menstimulasi memori jangka pendek.
Fase kedua (akhir 1980an – awal 1990an) yakni fase computer based training (CBT) with multimedia (latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini yakni kala keemasan CD-ROM dan komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan komputer multimedia ini dibutuhkan memberikan dampak signifikan terhadap proses pembelajaran, alasannya yakni kemampuannya menyajikan kombinasi teks, gambar, animasi, dan video. Konsep pedagogis yang mendasari kombinasi kemampuan ini yakni bahwa insan mempunyai perbedaan. Sebagian bias belajar dengan baik kalau mempergunakan indra penglihatan, menyerupai menonton filem/animasi, sebagian lainnya mungkin lebih baik kalau mendengarkan atau membaca.
Fase ketiga (awal 1990an) yakni fase Internet-based training (IBT) (latihan berbasis internet. Pada fase ini, internet dipakai sebagai media pembelajaran. Hanya saja, pada saat itu, masih terbatas pada penyajian teks dan gambar. Penggunaan animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga dirasakan pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat menfasilitasi pembelajaran.
Fase keempat (akhir 1990an – awal 2000an) yakni fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran berbasis internet. Sejak itu situs web yang memperlihatkan e-learning semakin bertambah, baik berupa anjuran kursus dalam bentuk e-learning maupun paket LMS (learning management system ). Bahkan ketika ini sudah cukup banyak paket menyerupai itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep pedagogik yang mendasari yakni bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS, siswa sanggup bertanya kepada temannya atau kepada guru apabila ia tidak memahami materi yang telah dibacanya.
Fase kelima (akhir 2000) yakni fase social software + free and open content. Fase ini ditandai dengan banyaknya bermunculan perangkat lunak pembelajaran dan konten pembelajaran gratis yang gampang diakses baik oleh guru maupun siswa, yang selanjutnya dapat diedit dan dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini yakni teori kontstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui komputer terjadi tidak hanya mendapatkan materi dari internet saja misalnya, tapi dimungkinkan dengan membagi gagasan dan pendapat.
Peranan TIK dalam pendidikan yang diuaraikan di atas mengisyaratkan bahwa pengembangan TIK untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yakni sesuatu yang mutlak. Dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, program pengembangan TIK bidang pendidikan akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap pertama meliputi (a) merancang sistem jaringan yang meliputi jaringan internet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan sentra data dan aplikasi, serta jaringan internet sebagai sarana dan media komunikasi dan informasi di sekolah, (b) merancang dan membuat aplikasi database, (c) merancang dan membuat aplikasi manajemen untuk pengelolaan pendidikan di pusat, daerah, dan sekolah, dan (d) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis web, multimedia, dan interaktif.
2. Tahap kedua meliputi (a) melaksanakan implementasi sistem pada sekolah-sekolah di Indonesia yang meliputi pengadaan sarana/prasarana TIK dan training tenaga pelaksana dan guru dan (b) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran.
3. Tahap ketiga dan keempat adalah tahap memperluas implementasi sistem di sekolah-sekolah.
Penelitian ihwal pengembangan TIK di negara-negara maju dan sedang berkembang memperlihatkan bahwa sekurang-kurangnya ada empat pendekatan mengenai pemanfaatan TIK oleh sistem pendidikan dan sekolah. Keempat pendekatan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan pendekatan emerging, applying, infusing, dan transforming.
Pendekatan Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap permulaan. Pada pendekatan ini, sekolah gres memulai membeli atau membiayai infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemampuan TIK guru-guru dan staf administrasi sekolah masih berada pada tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan sistem pembelajaran konvensional, akan tetapi sudah ada kepedulian ihwal bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan.
Pendekatan Applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman ihwal donasi dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran. Para tenaga pendidik dan kependidikan telah memakai TIK untuk tugas-tugas yang berkaitan d engan manajemen sekolah dan tugas-tugas menurut kurikulum. Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum semoga sanggup lebih banyak memakai TIK dalam banyak sekali mata pelajaran dengan piranti lunak yang tertentu.
Pendekatan Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode gres di mana TIK mengubah pro duktivitas dan pekerjaan profesional mereka.
Pendekatan Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK menjadi bab integral dengan aktivitas eksklusif dan aktivitas profesional sehari-hari. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata. TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan level profesional dan diubahsuaikan dengan bidang-bidang pekerjaan. Sekolah sudah menjadi pusat pembelajaran untuk para komunitasnya.
Dalam konteks belajar mengajar dan kaitannya dengan keempat pendekatan yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4 tahap yang berkaitan dengan bagaimana guru dan peserta didik mempelajari dan menemukan percaya diri mereka dalam memakai TIK. Keempat tahap tersebut adalah menemukan/mengenali (discovering), belajar bagaimana (learning how ), mengerti bagaimana dan kapan (understanding how and when), dan menjadi ahli (specializing) dalam penggunaan perangkat TIK.
Sumber: Bahan Pembelajaran Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah, Lembaga Pengembangan Dan Pemberdayaan Kepala Sekolah. Surakarta 2011
==================================