-->

Program Training Kesiswaan

Di Indonesia ada 8 (delapan) acara pembinaan kesiswaan, 1) Program Pembinaan Ketaqwaan; 2) 1) Program Kepribadian dan Budi Pekerti, 3)  Program Kepemimpinan; 4) Program Pengembanga Kreativitas, Keterampilan dan Kewirausahaan; 5) Program Peningkatan Kualitas Jasmani dan Kesehatan; 6)  Program Pengembangan Seni – Budaya; dan 8) Program Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan
==========================================




==========================================

Guru yang kompeten dalam bidang pembinaan kesiswaan, sanggup berbagi acara yang memfasilitasi peningkatan ketaqwaan, kepribadian dan kebijaksanaan pekerti, kepemimpinan, kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan, kualitas rohani jasmani, seni budaya, serta bela negara dan wawasan kebangsaan siswa. Berikut yakni uraian wacana lingkup kegiatan pembinaan kesiswaan.

a.    Pembinaan Ketaqwaan
Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan nilai dasar  utama yang harus diperhatikan pembina kesiswaan lantaran ketaqwaan sanggup menghidarkan siswa  dari perbuatan – perbuatan yang keji dan munkar. Untuk itu para pembina kesiswaan khususnya dan pendidik pada umumnya perlu memperhatikan dan menanamkan ketaqwaan ini pada diri siswa sedini mungkin.
Ketaqwaan yakni derajat ketakutan seseorang  kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menghindari apa yang dilarang-Nya.
      Para pembina kesiswaan sanggup menanamkan rasa ketaqwaan ini kepada siswa melalui unjuk kegiatan berupa:
(a)  Pelaksanaan ibadah sesuai dengan pemikiran agama masing-masing;
(b)  Peringatan hari-hari besar keagamaan;
(c)  Pelaksanakan dedikasi sosial kemanusiaan;
(d)  Penanaman sikap toleransi terhadap penganut agama lain;
(e)  Pelaksanaan kegiatan seni bernafaskan keagamaan; dan
(f)   Lomba yang bernafaskan keagamaan.
                      
b.   Kepribadian dan Budi Pekerti
Istilah kepribadian dalam kehidupan sehari-hari sering dinyatakan dalam ungkapan: kepribadian yang menarik, kepribadian yang tertutup, kepribadian bangsa, kepribadian siswa, dan sebagainya.
       Para ahli  berbeda-beda pendapat mengenai pengertian  kepribadian; ada yang memandang  kepribadian sebagai: (1) total sikap individu dalam bereaksi, bertindak;  (2) corak tingkah laku  soasial; dan (3) seluruh contoh emosi dan sikap yang menetap dan bersifat khas dalam cara memandang hubungan, dan berpikir wacana lingkungan dan dirinya sendiri.
       Sejak zaman Yunani, keindahan tingkah laris selalu dibangun dengan keindahan badan. Memiliki hati yang baik tetapi dengan wajah yang selalu cemberut dan tegang, sukar dibayangkan orang menyerupai itu berkepribadian yang menarik. Setiap insan mempunyai ciri kepribadian yang berbeda. Tidak ada kepribadian yang sama persis antara satu orang dengan orang lain.

1)  Determinan Kepribadian
Kepribadian individu  terbentuk dari aneka macam faktor, yaitu                faktor keturunan,  lingkungan dan situasi.
(a)        Faktor keturunan, merupakan faktor yang ditentukan pada ketika pertumbuhan yang menghasilkan satu sifat dan karakter, sesuai dengan sifat dan abjad kedua orang tuanya. Misalnya sosok fisik, wajah, temperamen, dan  energi.
(b)        Faktor  lingkungan, memperlihatkan dampak yang cukup besar terhadap  pembentukan kepribadian sesorang;  contohnya lingkungan budaya, norma-norma, teman-teman dan kelompok sosial.
(c)        Faktor situasi, merupakan faktor yang juga ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang sanggup berubah dikarenakan situasi yang mendukungnya, walaupun kepribadian yang muncul sifatnya relatif.
      
 2)  Ciri-ciri Kepribadian
Ciri-ciri kepribadian merupakan karakterristik kekal yang menggambarkan sikap atau kebijaksanaan pekerti seseorang. Ciri-ciri tersebut menyerupai malu, agresif, malas, mengalah, ambisius, penentang, bandel dan sebagainya.

 3) Tipe-tipe Kepribadian dan Kaitannya dengan Kegiatan
 John Holland mengemukakan sebuah teori bahwa terdapat kaitan antara tipe kepribadian seseorang dengan jenis kegiatannya atau pekerjaannya. Ada enam tipe kepribadian yaitu:
(a)        Tipe Realistik, yaitu tipe pribadian yang menyukai kegiatan – kegiatan yang bercirikan keterampilan motorik dan kekuatan fisik.
(b)        Tipe Investigatif, yaitu pribadi yang menyukai kegiatan yang bercirikan kemampuan  intelektual, ilmiah dan analitik.
(c)        Tipe Artistik, yaitu pribadi–pribadi yang menyukai kegiatan yang bercirikan kemampuan mengekspresikan estetika dan kreativitas, tidak menyukai hal-hal yang baku dan rutinitas.
(d)        Tipe Sosial, yaitu pribadi-pribadi yang menyukai kegiatan yang bercirikan berafiliasi dengan orang-orang yang bersifat pelayanan
(e)        Tipe Entrepreneurship, yaitu pribadi-pribadi yang menyukai kegiatan-kegiatan yang bercirikan kemampuan persuasi, mengatur dan memimpin, ambisius dan agresif.
(f)         Tipe Konvensional, yaitu pribadi-pribadi yang menyukai kegiatan-kegiatan yang bercirikan ketelitian, keakuratan, dan struktur, bersifat rutin, dan sistematis.
          
Pengertian dan tipe-tipe tetang kepribadian tersebut di atas sanggup menjadi materi pertimbangan bagi pembina kesiswaan dalam pelaksanaan pembinaan kepribadian dan kebijaksanaan pekerti siswa. Program pendidikan kepribadian dan kebijaksanaan pekerti yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sanggup dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Penerapan tata tertib sekolah; (b) Penerapan tata eksekusi alam dalam kehidupan sekolah; dan (c) Sikap saling menghormati di antara sobat siswa, pada guru, orang renta dan lingkungan masyarakat.  

c.  Kepemimpinan
Teori ilmu kepemimpinan sangat banyak dan bervariasi pokok masalahnya. Ada teori yang bersifat umum contohnya yang menyatakan asal seruan kepemimpinan; dan ada pula yang menyatakan salah satu aspek dari fenomena kepemimpinan contohnya mengenai gaya kepemimpinan , kekuasaan, dan proses mempengaruhi atau mengenal konflik.
1)  Pengertian Kepemimpinan
Menurut Terry kepemimpinan yakni kekerabatan yang ada              dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam kekerabatan kiprah untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin. Haiman dan Scott mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses dimana orang-orang diarahkan, dipimpin dan dipengaruhi dalam menentukan dan mecapai tujuan. Padmo Wahyono menyampaikan bahwa kepemimpinan yakni kemampuan untuk menggerakkan sekelompok insan menuju kearah keinginan atau tujuan yang diinginkan bersama. Sarma mengatakan, bahwa kepemimpinan yakni proses    mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Pengertian kepemimpinan  yang dikemukakan para jago tersebut  di atas tidak jauh berbeda; yang  pada  umumnya kepemimpinan mengandung unsur-unsur  kemampuan mempengaruhi, yang dipengaruhi mau mengikuti perintah, dan ada tujuan yang hendak dicapai. Selain unsur-unsur kepemimpinan, pengertian tersebut di atas juga mengindikasikan bahwa pemimpin harus mempunyai kecakapan teknis, bisa kerjasama dan berkomunikasi. 
Dengan demikian derajat kepemimpinan seseorang akan banyak ditentukan oleh sejauh mana penguasaan seorang pemimpin terhadap kesadaran akan pengenalandirinya atau mengenal dirinya, arah tujuan yang ingin dicapai, siapa yang akan menjadi parner kerjanya,dan bagaimana mencapai tujuan

2) Tugas Pokok dan Fungsi Pemimpin
Secara umum kiprah pokok dan fungsi seorang pemimpin        ada 4 (empat) macam, yaitu: (1) Merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi; (2) Mengusahakan tercapainya tujuan; (3) Mepertahakan keutuhan organisasi; dan (4) menuntaskan konflik.
Berdasarkan keempat kiprah pokok dan fungsi pimpinan     tersebut, maka kewajiban utama yang perlu dilaksanakan pemimpin yakni memahami organisasi yang dipimpin dan bisa merumuskan apa yang tolong-menolong menjadi misi organisasi.
Dalam kerangka administrasi ada tiga peranan organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu organisasi sebagai alat pencapai tujuan, wadah penerapan dan pengembangan aneka macam disiplin ilmu, dan sebagai tempat pengembangan karir seseorang

3)  Kualifikasi Pemimpin
Aktivitas seorang pemimpin pada dasarnya     diarahkan    demi pencapaian tujuan melalui kelompok (orang lain) atau anggota organisasi yang dipimpinnya. Oleh alasannya itu, pemimpin yang baik yakni seorang pemimpin yang bisa mempengaruhi bukan hanya bawahannya, tetapi juga rekan dan atasannya.
      Ada beberapa teori yang berkaitan dengan seorang pemimpin yang sanggup berhasil dalam melaksanakan kiprah dan fungsinya, yaitu: teori sifat, teori perilaku, dan teori kontigensi.  
a.  Teori Sifat
Teori ini mencoba mengidentifikasi sifat-sifat yang      membedakan  antara ornga-orang besar atau orang-  orang populer dalam sejarah dengan orang-orang       biasa. Dalam studi teori ini dilakukan identifikasi profil dari sifat-sifat pemimpin dengan bukan pemimpin. Awal dari penelitian mengenai kepemimpinan difokuskan pada pencarian sifat-sifat pribadi dan karakteristik sosial yang membuat orang bisa menjadi pemimpin. Para peneliti membandingkan pemimpin yang sukses dengan pemimpin yang gagal untuk mencari indikator fisik dan kejiwaan mereka.
b.  Teori Perilaku  
Teori ini memfokuskan penelitiannya pada dua hal pokok yaitu: sikap para pemimpin dan aneka macam macam sikap pemimpin yang besar lengan berkuasa terhadap penampilan dan kepuasan bawahan. Hasil studi para pakar perilaku, pemimpin intinya dikategorikan ke dalam dua kelompok pokok yaitu, pemimpin yang berorientasi pada kekerabatan kerja dan pemimpin yang berorientasi pada pekerjaan.
c. Teori Kontigensi
Teori kontigensi ini yang dalam perkembangannya juga    disebut sebagai teori kepemimpinan situasional. Teori ini  berpendapat, bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor tertentu.  Tidak ada kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Pemimpin yang berhasil pada situasi tertentu belum tentu berhasil pada situasi lain. Keadaan yang mempengaruhi  kepemimpinan misalnya  pengikut, kiprah kelompok, norma organisasi, dan lingkungan organisasi. Faktor-faktor tersebut menentukan gaya kepemimpinan yang harus dipergunakan supaya kepemimpinannya  efektif.

 4)  Kepemimpinan Pancasila
Asas kepemimpinan Pancasila terkandung dalam nilai-nilai dasar Pancasila dengan aliran  integralistiknya  yang menjadi pokok dasar  atau rujukan berpikir dalam rangka pelaksanaan  kepemimpinan Pancasila.
Pada dasarnya asas-asas kepemimpinan Pancasila yakni sebagai berikut:
(a) Asas kekeluargaan dan kegotongroyongan
Asas ini menggambarkan tata hubungan   anggota masyarakat yang masing-masing tahu dan sadar akan kedudukan dan funginya dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama dengan didasari rasa cinta kasih sayang dan pengorbanan; bukan kepentingan pribadi yang menonjol tetapi kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh anggota yang dijadikan titik tumpuan. Asas kekeluargaan ini dalam  manifestasinya  berbentuk tolong menolong , bantu membantu dan kerjasama.
 (b) Asas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinnekaan
Bangsa Indonesia terdiri dari  300 suku bangsa yang   tersebar dari ribuan pulau besar maupun kecil, yang masing-masing mempunyai bahasa kawasan dan akhlak istiadat sendiri-sendiri, memeluk aneka macam macam agama dan masing-masing agama diakui eksistensinya dalam suatu persatuan dan kesatuan.
 (c) Asas Kebersamaan
Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya  sebagai persatuan yang tidak sanggup dipisah-pisahkan.  Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang paling kuat, atau yang paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.  
(d) Asas Selaras, Serasi dan Seimbang
Semua asas yang tersebut pada butir 1, 2 dan 3 dijiwai dan  disemangati oleh asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan.
Asas selaras, serasi, dan seimbang yakni suatu kebudayaan yang  mengajarkan bahwa hidup insan akan mencapai kebahagiaan, jikalau sanggup dikembangkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hidup insan sebagai pribadi, dalam kekerabatan insan dengan  masyarakat, insan dengan alam, insan dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohani.  
 5)  Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Pancasila
Pancasila merupakan kebenaran-kebenaran   fundamental    yang akan memperlihatkan pedoman penerapan kepemimpinan yang lebih bersifat operasional yang terdiri atas prinsip-prinsip utama dan prinsip-prinsip pendukung kepemimpinan Pancasila. 
Prinsip utama kepemimpinan Pancasila yakni sebagai berikut:
(a) Ing Ngarso Sung Tulodo, mengandung arti bahwa seorang pemeimpin harus bisa menimbulkan dirinya sebagai contoh anutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya melalui sikap dan perbuatannya.
(b) Ing Madyo Mangun Karso, mengandung arti bahwa seorang pemimpin harus bisa membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dipimpinnya.
(c) Tut Wuri Handayani,  mengandung arti bahwa seorang pemimpin harus bisa mendorong atau memotivasi orang-orang yang diasuhnya supaya sanggup berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab atau bisa mengkader calon penggantinya dimasa datang.

      Uraian wacana konsep-konsep dan dimensi kepemimpinan di atas,  sanggup dijadikan   materi pertimbangan dan penerapan  oleh para pembina kesiswaan dalam membina kepemimpinan siswa melalui kegiatan-kegiatan  sebagai berikut: (1)  Berperan aktif dalam OSIS; (2)  Kelompok belajar, kelompok ilmiah; (3) Latihan dasar kepemimpinan; (4)  Forum diskusi; dan (5) Kegiatam memimpin sebagai kegiatan sekolah.

  d. Kreativitas, Keterampilan dan Kewirausahaan
Kewirausahaan  sanggup diartikan sebagai upaya insan untuk selalu berupaya membuat nilai tambah, menemuka peluang, berbagi keterampilan, kreativitas, profesional, dan inovatif dalam mengambil putusan yang disertai keberanian mengambil risiko gagal/rugi  dengan memamfaatkan  sumberdaya ekonomi yang tersedia secara optimal.
1)  Ciri-ciri Manusia Kewirausahaan
Ada  sepuluh ciri positif insan kewirausahaan berdasarkan Timons, yakni sebagai berikut:
a)   Komit terhadap usaha atau bisnis yang dikelola;
b)   Mencari peluang dan berorientasi pada sasaran/target yang     ingin dicapai;
c)   Bersemangat untuk berhasil mencapai sasaran yang disepakati bersama dan tumbuh untuk maju;
d)   Teguh, konsisten, dan mampu  menuntaskan problem yang dihadapi secara sempurna dan cepat;
e)   Mencari/mengumpulkan informasi untuk kemudian dimamfaatkan dalam proses pengambilan keputusan, memperhitungkan risiko;
f)     Mampu mengendalikan diri, tidak emosional, penuh pertimbangan rasional;
g)   Selalu menjadi pelopor/ pemrakarsa dan bertanggung        jawab terhadap tindakan yang dilakukan;
h)   Berani menanggung risiko yang diperhitungkan secara hati-hati;
i)     Tidak mengejar status tetapi prestasi, yang dikejar kepuasan lantaran keberhasilan, atau mencari persahabatan;
j)     Memiliki intgritas pribadi dan dipercaya oleh   lingkungan.
                                        
       2)   Ciri-ciri insan kreatif dan inovatif sebagai berikut:
a)     Terbuka untuk mencari pengalaman baru, peka   terhadap     perubahan atau problem yang dihadapi
b)     Selalu melaksanakan pengamatan, mengamati tanda-tanda perubahan, mengapa, apa alasannya dan bagaimana 
c)     Selalu berupaya memecahkan masalah
d)     Menerima adanya perbedaan pendapat
e)     Mentolerir terhadap pendapat orang lain
f)      Bersikap mandiri, percaya diri dan bisa konsentrasi penuh terhadap problem yang dihadapi
g)    Percaya diri dan membentu gambaran diri terhadap orang lain
h)     Bebas mengambil keputusan
i)      Bukan insan rata, tidak menjadi potongan dari standar kelompok,   bukan insan marginal
j)      Berani mengambil risiko yang diperhitungkan.
                                 
Dalam rangka memperlihatkan bekal kepada para siswa untuk berbagi kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan Pembina kesiswaan sanggup memotivasi dan membina dengan mengacu pada gejala-gejala atau dimensi dari insan kewirausahaan dan manusia  kreatif  melalui kegiatan sebagai berikut:
a.    Keterampilan membuat suatu barang menjadi lebih berguna;
b.    Keterampilan dan kreativitas di bidang elektronik; pertanian, peternakan, perkayuan dan otomotif;
c.    Keterampilan Tangan;
d.    Koperasi sekolah dan unit produksi;
e.    Peraktik kerja nyata;
f.     Keterampilan baca tulis.                           
                                                           
                                             
e.   Kualitas Jasmani dan Kesehatan
Dalam Undang – Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa    pengertian  “ Kesehatan “  yakni suatu keadan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Dengan demikian kesehatan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat dan kelemahan. Kesehatan merupakan salah atu kebutuhan dasar manusia, oleh karenanya di samping indikator lain, derajat kesehatan merupakan salah satu kesejahteraan manusia.
Kesehatan berkaitan bersahabat dengan aneka macam aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek internal dalam diri manusia  masing-masing dan aspek eksternal berasal dari lingkungan hidup disekitar insan tersebut.
Munculnya aneka macam problem dalam diri dan lingkungan insan mengakibatkan terjadinya gangguan atau problem kesehatan. Bergantung pada jenis dan sifat masalahnya, bermacam problem kesehatan muncul pada aneka macam kelompok umur, biologis dan sosial manusia. Masing-masing problem kemudian  memerlukan pemecahan sendiri-sendiri.  
Siswa sebagai kelompok biologis dan sosial masyarakat  dengan ciri-ciri khusus mempunyai problem internal dan eksternal khusus yang memerlukan pemecahan khusus pula.
Pada selesai kala ke-20 terjadi transisi pada masyarakat dalam aneka macam aspek yang disebabkan pesatnya modernisasi, globalisasi, dan loncatan-loncatan arus informasi.  Salah satu bentuk transisi yang mencolok ialah transisi kesehatan, dengan munculnya aneka macam problem baru, sementara problem usang masih tetap  laten.
Masalah-masalah lama, dalam bentuk ketidak-tahuan, ketidak pedulian, kekurangan, penyakit jerawat dan lain lain masih merupakan ancaman kesehatan remaja; sementara masalah-masalah gres dalam bentuk gizi, gangguan metabolisme, keganasan, juga mulai menjangkau aneka macam lapisan  masyarakat, termasuk para remaja.  Sementara problem khusus remaja tetap, atau bahkan semakin membesar baik jumlah maupun kegawatan penderitaannya, yang sebagian besar merupakan komplikasi dari pertumbuhan dan perkembangan remaja menuju kedewasaannya.
Pembinaan Kesiswaan dalam kualitas jasmani dan kesehatan sebagai gerakan sosial sanggup menjadi fasilitator para siswa atau remaja untuk mengenal, menganalisis, dan menangani masalah-masalah kualitas jasmani dan kesehatan siswa dalam kerangka pembangunan generasi mendatang yang lebih sehat dan lebih berkualitaas serta terhindar dari penyalah-gunaan obat-obat terlarang.
Pembinaan kualitas jasmani dan kesehatan siswa sanggup dilakukan dalam aneka macam kegiatan seperti:
1)       Penanaman kesadaran hidup sehat di lingkungan   sekolah, rumah,   dan masyarakat
2)       Usaha kesehatan sekolah
3)       Kantin sekolah
4)       Kesehatan mental
5)       Usaha pencegahan penyalah gunaan narkoba
6)       Usaha pencegahan penularan HIV / AIDS
7)       Olahraga
8)       Palang merah remaja
9)       Patroli keamanan sekolah
10)    Pembiasaan 5 K
11)    Peningkatan kemampuan psikososial untuk mengatasi aneka macam tatantangan hidup     

f. Seni – Budaya
Seiring  perkembangan zaman yang semakin demokratis, trasparan dan kompetitif, siswa  sebagai sumberdaya insan yang potensial harus ditambah bekal penguasaan trehadap bidang-bidang tertentu, baik dalam penguasaan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, seni budaya, keterampilan, kewirausahaan, dan sebagainya. Penguasaan terhadap suatu bidang tertentu tersebut telah menjadi tuntutan utama yang harus dimiliki oleh seseorang apalagi dalam memasuki era globalisasi dan milenium ketiga ini.
Penguasaan di bidang-bidang tersebut nantinya diperlukan sanggup membawa manfaat seluas-luasnya baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, di samping sebagai bekal untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.    
Sehubungan dengan itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penguasaan tadi melalui kegiatan ektra- kurikuler  di sekolah, antara lain melalaui kegiatan pembinaan kesiswaan menyerupai kegiatan seni budaya.
Pada dasarnya banyak sekali talenta dan minat tertentu yang dimilikik oleh siswa di sekolah-sekolah; tetapi belum tergali secara optimal. Oleh lantaran itu perlu diakomodasikan dalam suatu wadah pembinaan disebut pembinaan seni budaya atau talenta dan minat siswa disekolah-sekolah.
Di beberapa sekolah wadah seni budaya ini mungkin sudah tumbuh dan berkembang dengan baik, bahkan mungkin telah ada yang memperlihatkan reputasi baik nasional maupun internasional. Namun hanya sedikit sekali, dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas perlu digiatkan acara pembinaan seni budaya ini secara berkesinambungan  sehingga tidak termarginalkan oleh seni budaya dari luar atau impor.
Untuk menimbulkan seni budaya sendiri menjadi tuan rumah di rumah sendiri  maka pembinaan seni budaya sanggup ditingkatkan oleh Pembina kesiswaan melalui kegiatan-kegiatan seni budaya seperti:
(1)  Seni suara, seni rupa, seni tari, seni drama, seni suara, musik, photografi dan seni sastra; 
(2)    Penyelenggara sanggar aneka macam macam seni;
(3)    Pementasan, lomba dan ekspo aneka macam cabang seni;
(4)    Pengenalan seni dan budaya bangsa.
 

g.  Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan

1)    Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
Ketahanan nasional yakni kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan berbagi kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang tiba dari luar maupun dari dalam yang langgsung maupun tidak pribadi membahayakan  integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta usaha mengejar tujuan nasional.
Pendidikan bela Negara Tahap Awal yakni pendidikan dasar bagi setiap warga negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban untuk Negara, serta memperlihatkan kemampuan awal bela Negara.
Pertahanan keamanan negara yakni pertahanan keamanan negara Republik Indonesia sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang meliputi upaya dalam bidang pertahanan yang ditujukan terhadap segala ancaman yang tiba dari luar negeri dan upaya dalam bidang keamanan yang ditujukan menghadapi ancaman dalam negeri.     
Bela negara yakni sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu yang dilandasi oleh kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara  Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai idiologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman , baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kedaulatan negara kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.   
Upaya bela negara yakni perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga negara sebagai penunaian hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara.

2)   Pendidikan Wawasan Kebangsaan
Pengertian pendidikan wawasan kebangsaan sanggup ditinjau secara konseptual dan operasional.  Secara konseptual pendidikan wawasan kebangsaan mencakup: (a)  upaya sistematis dan kontinu yang diselenggarakan oleh sekolah untuk menyiapkan penerima didik menjadi warga negara yang baik dalam  peranannya pada ketika kini dan masa yang akan datang; (b) Upaya pengembangan, peningkatan, dan pemeliharaan pemahaman, sikap dan tingkah laris siswa yang menonjolkan persaudaraan, penghargaan positif, cinta damai, demokrasi dan keterbukaan yang masuk akal dalam berinteraksi sosial dengan sesama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan sesama warga negara; dan (c) Keseluruhan upaya pendidikan untuk membentuk penerima didik menjadi warga negara yang baik melalui upaya bimbingan, pengajaran, pembiasaan, keteladanan dan latihan sehingga sanggup menjalankan peranannya pada ketika kini dan masa  yang akan datang.
Secara operasional pendidkan berwawasan kebangsaan yakni layanan bimbingan, pengajaran, dan training untuk berbagi pemahaman, rasa, dan semangat kebangsaan yang baik pada siswa, yang ditujukan dengan mengutamakan tingkah laris bersaudara, demokratis, saling mendapatkan dan menghargai, serta saling tolong menolong dalam berinteraksi sosial dengan sesama warga negara.
Pembina Kesiswaan dalam pelaksaan kegiatan pendidkan pendahuluan bela negara dan wawasan kebangsaan sanggup ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(a)  Upacara bendera;
(b)  Bhakti sosial/kemasyarakatan;
(c)   Pertukaran pelajar;
(d)  Baris berbaris;
(e)  Peringatan hari-hari bersejarah bangsa;
(f)  Kemah kerja siswa;
(g)  Pencinta alam;
(h)  Pelestarian alam;
 (i)  Napak tilas;
 (j)  Pelestarian lingkungan;
 (k) Ketaatan pada hukum / tata tertib.


Bahan Bacaan:                            
Abdullah, Thamrin. (2003).  Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Imu  Manajemen Bisnis. Jakarta: Pada Fakultas ilmu Sosial UNJ.
Louis A, Allen . (1999). Management and Organization. New York
McGraw Hill-Book Company Inc .
Nonam. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,       Jakarta: DEPDIKNAS, Ditjen PDM,  Direktorat SLTP.
Robbins, Stephen P. (1996). Organizational Behavior. New York: Prentice Hall Inc.  
Sagir, Soeharsono. (2003). Entrepreneurship dalam Management Leadership. Bandung: Hotel Horison.
Tim Peneliti FIP-UPI. (2003). Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Berwawasan Kebangsaan di SLTP. Bandung-Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, UPI bekerja sama dengan Ditjen Dikdasmen, Dit Pendidikan Lanjutan Pertama.
Yukl. (1986). Leadership and Organization.

=========================================================
     





= Baca Juga =



Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel