3 Kesalahan Umum Dan Ketidakpastian Dalam Pengukuran Besaran Fisika
4:47 AM
Edit
Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran
Saat melakukan pengukuran suatu besaran fisika menggunakan alat, tidaklah mungkin Anda menerima nilai yang pasti benar (xo), melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Lalu apakah penyebab ketidakpastian pada hasil pengukuran tersebut?
Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada 3, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik dan kesalahan acak.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini mampu disebabkan karena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat ukur.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
- Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena bantuan nilai skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini menjadikan pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini mampu diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat memakai alat yang telah terstandarisasi.
- Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak sempurna berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak mampu kembali sempurna pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran mampu mengalami penambahan atau pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol mampu diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
- Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya, pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak sempurna pada angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser.
- Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak yaitu kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi-fluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini mampu disebabkan karena adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
- Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara ibarat Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur. Gerak ini mampu mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menjadikan jarum penunjuk yang sangat halus ibarat pada mikrogalvanometer terganggu karena tumbukan dengan molekul udara.
- Fluktuasi Tegangan Listrik
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain ibarat aki dan baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
- Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada mampu berakibat pembacaan skala yang berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat ibarat seismograf (alat untuk mengukur kekuatan gempa bumi) butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
- Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik. Gangguan ini mampu berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan selesai dari komponen alat bersuhu.
- Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) mampu mengganggu pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di SPBU dan pesawat karena mampu mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat.
Gangguan ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler mampu mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.
Ketidakpastian dalam Pengukuran
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran di atas menjadikan hasil pengukuran tidak mampu dipastika secara sempurna artinya selalu terdapat ketidakpastian dalam pengukuran. Dalam fisika, cara penulisan hasil pengukuran dituliskan sebagai berikut:
1. Ketidakpastian dalam Pengukuran Tunggal
Jika mengukur panjang meja dengan sebuah penggaris, kalian mungkin akan mengukurnya satu kali saja. Pengukuran yang kalian lakukan ini disebut pengukuran tunggal. Dalam pengukuran tunggal, pengganti nilai benar (x0) yaitu nilai pengukuran itu sendiri.
Apabila Anda perhatikan, setiap alat ukur atau instrumen mempunyai skala yang berdekatan yang disebut skala terkecil. Nilai ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai dari ketidakpastian pada pengukuran tunggal yaitu setengah dari skala terkecil pada alat ukur.
Apabila Anda perhatikan, setiap alat ukur atau instrumen mempunyai skala yang berdekatan yang disebut skala terkecil. Nilai ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai dari ketidakpastian pada pengukuran tunggal yaitu setengah dari skala terkecil pada alat ukur.
2. Ketidakpastian dalam Pengukuran Berulang
Dalam praktikum fisika, terkadang pengukuran besaran tidak cukup bila hanya dilakukan satu kali. Ada kalanya kita mengukur besaran secara berulang-ulang. Ini dilakukan untuk menerima nilai terbaik dari pengukuran tersebut.
Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar yaitu nilai rata-rata dari hasil pengukuran. Jika suatu besaran fisis diukur sebanyak N kali, maka nilai rata-rata dari pengukuran dan ketidakpastiannya dicari dengan rumus sebagai berikut.
3. Ketidakpastian Relatif
Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya disebut ketidakpastian mutlak. Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.
Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran berulang? Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang yaitu dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif mampu ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-rata pengukuran. Secara matematis mampu ditulis sebagai berikut.
Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, Anda mampu memakai aturan yang telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam laporan hasil pengukuran berulang.
Aturan banyaknya angka yang mampu dilaporkan dalam pengukuran berulang yaitu sebagai berikut.
- ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka- ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka- ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka
Demikianlah artikel perihal kesalahan-kesalahan dan ketidakpastiaan dalam pengukuran besaran fisika. Semoga mampu bermanfaat untuk Anda. Terimakasih atas kunjungannya dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Sumber https://fisikamilenial.blogspot.com/