Model Pembelajaran Dan Model Pengelolaan Pembelajaran
9:39 PM
Edit
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak sanggup dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat suasana atau memperlihatkan pelayanan biar siswa belajar.
Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru sanggup memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan sanggup menentukan seni administrasi pembelajaran yang sempurna bagi siswanya. Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang sanggup menimbulkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan mencar ilmu siswa.
=======================================
=======================================
Sedangkan berdasarkan Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62) pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa mencar ilmu secara aktif, yang menekankan pada penyediaan 10 sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses mencar ilmu yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang sanggup meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta sanggup meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan gres sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pengertian Model Pembelajaran
Pengertian Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipakai sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan berdasarkan Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman mencar ilmu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas mencar ilmu mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman mencar ilmu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses mencar ilmu mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran ialah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk menentukan model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang sanggup dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh lantaran itu, guru perlu menguasai dan sanggup menerapkan banyak sekali keterampilan mengajar, biar sanggup mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan mencar ilmu yang menjadi ciri sekolah pada pintar balig cukup akal ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan gotong royong serta tidak secara fiktif dalam membuat dan mengembangankannya.
2. Landasan pemikiran perihal apa dan bagaimana siswa mencar ilmu (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang terperinci perihal apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa mencar ilmu dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laris mengajar yang diharapkan biar model tersebut sanggup dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laris mengajar yang diharapkan sehingga apa yang menjadi impian mengajar selama ini sanggup berhasil dalam pelaksanaannya.
4. Lingkungan mencar ilmu yang diharapkan biar tujuan pembelajaran itu sanggup tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan mencar ilmu yang aman serta nyaman, sehingga suasana mencar ilmu sanggup menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.
Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan mencar ilmu yang berbeda. Setiap pendekatan memperlihatkan kiprah yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi bimbing siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).
Beberapa Model Pembelajaran
Berikut ini contoh model Pembelajaran
1. Examples Non Examples
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisa gambar
d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
g) Kesimpulan
2. Picture And Picture
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Menyajikan materi sebagai pengantar
c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
d) Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g) Kesimpulan/rangkuman
3. Numbered Heads Together
a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok menerima nomor
b) Guru memperlihatkan kiprah dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c) Kelompok mendiskusikan tanggapan yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok sanggup mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e) Tanggapan dari sahabat yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f) Kesimpulan
4. Cooperative Script
a) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
b) Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan
c) Guru dan peserta didik memutuskan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
e) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
f) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
g) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan menyerupai diatas.
h) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru
i) Penutup
5. Kepala Bernomor Struktur
a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok menerima nomor
b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor terhadap kiprah yang berangkai. Misalnya : peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kolaborasi antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini peserta didik dengan kiprah yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kolaborasi mereka
d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
e) Kesimpulan
6. Student Teams-Achievement Divisions
a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b) Guru menyajikan pelajaran
c) Guru memberi kiprah kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti sanggup menjelaskan pada anggota lainnya hingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada ketika menjawab kuis dilarang saling membantu
e) Memberi penilaian
f) Kesimpulan
a) Peserta didik dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b) Tiap orang dalam tim diberi serpihan materi yang berbeda
c) Tiap orang dalam tim diberi serpihan materi yang ditugaskan
d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub serpihan yang sama bertemu dalam kelompok gres (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub serpihan mereka
e) Setelah selesai diskusi sebagai tim jago tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar sahabat satu tim mereka perihal sub serpihan yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh- sungguh
f) Tiap tim jago mempresentasikan hasil diskusi
g) Guru memberi evaluasi
h) Penutup
8. Problem Based Introduction
a) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam acara pemecahan masalah yang dipilih.
b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan kiprah mencar ilmu yang bekerjasama dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan klarifikasi dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai menyerupai laporan dan membantu mereka menyebarkan kiprah dengan temannya
e) Guru membantu peserta didik untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
9. Artikulasi
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
d) Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang gres diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
e) Menugaskan peserta didik secara bergiliran/diacak memberikan hasil wawancaranya dengan sahabat pasangannya. Sampai sebagian peserta didik sudah memberikan hasil wawancaranya
f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik
g) Kesimpulan/penutup
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi olehcpeserta didik dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif tanggapan 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
c) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif tanggapan hasilcdiskusi
d) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
e) Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
11. Make – A Match
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu serpihan kartu soal dan serpihan lainnya kartu jawaban
b) Setiap peserta didik menerima satu buah kartu
c) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
e) Setiap peserta didik yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi biar tiap peserta didik menerima kartu yang berbeda dari sebelumnya
g) Demikian seterusnya
h) Kesimpulan/penutup
12. Thik Pair And Share
a) Guru memberikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b) Peserta didik diminta untuk berfikir perihal materi/permasalahan yang disampaikan guru
c) Peserta didik diminta berpasangan dengan sahabat sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e) Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik
f) Guru memberi kesimpulan
g) Penutup
13. Debate
a) Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
b) Guru memperlihatkan kiprah untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
c) Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara ketika itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya hingga sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
d) Sementara peserta didik memberikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan hingga mendapatkan sejumlah pandangan gres diharapkan.
e) Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f) Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
14. Role Playing
a) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b) Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
c) Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang
d) Memberikan klarifikasi perihal kompetensi yang ingin dicapai
e) Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
f) Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
g) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h) Masing-masing kelompok memberikan hasil kesimpulannya
i) Guru memperlihatkan kesimpulan secara umum
j) Evaluasi
k) Penutup
a) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan kiprah kelompok
c) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok menerima kiprah satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
d) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
e) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok memberikan hasil pembahasan kelompok
f) Guru memperlihatkan klarifikasi singkat sekaligus memberi kesimpulan
g) Evaluasi
h) Penutup
16. Talking Stick
a) Guru menyiapkan sebuah tongkat
b) Guru memberikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memperlihatkan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.
c) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya.
d) Guru mengambil tongkat dan memperlihatkan kepada peserta didik, sehabis itu guru memperlihatkan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga sebagian besar peserta didik menerima serpihan untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
e) Guru memperlihatkan kesimpulan
f) Evaluasi
g) Penutup
17. Bertukar Pasangan
a) Setiap peserta didik menerima satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau peserta didik menentukan sendiri pasangannya).
b) Guru memperlihatkan kiprah dan peserta didik mengerjakan kiprah dengan pasangannya.
c) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang gres ini saling menanyakan dan mencari kepastian tanggapan mereka.
e) Temuan gres yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
18. Snowball Throwing
a) Guru memberikan materi yang akan disajikan
b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memperlihatkan klarifikasi perihal materi
c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
d) Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibentuk menyerupai bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit
f) Setelah peserta didik sanggup satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g) Evaluasi
h) Penutup
19. Student Facilitator And Explaining:
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c) Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta didik lainnya contohnya melalui bagan/peta konsep.
d) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik.
e) Guru membuktikan semua materi yang disajikan ketika itu.
f) Penutup
20. Course Review Horay
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c) Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab
d) Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing peserta didik
e) Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis tanggapan di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan eksklusif didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salan diisi tanda silang (x)
f) Peserta didik yang sudah menerima tanda √ vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay ... atau yel-yel lainnya
g) Nilai peserta didik dihitung dari tanggapan benar jumlah horay yang diperoleh
h) Penutup
21. Demontsration
a) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyajikan citra sekilas materi yang akan disampaikan
c) Menyiapkan materi atau alat yang diperlukan
d) Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
e) Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
f) Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan.
g) Gurumembuatkesimpulan.
22. Explicit Instruction
a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c) Membimbing pelatihan
d) Mengecek pemahaman dan memperlihatkan umpan balik
e) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
23. Cooperative Integrated Reading And Composition Kooperatif Terpadu
a) Membaca Dan Menulis
b) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
c) Guru memperlihatkan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
d) Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan pandangan gres pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
e) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
f) Guru membuat kesimpulan bersama
g) Penutup
24. Inside-Outside-Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)
a) Separuh kelas berdiri membentuk bundar kecil dan menghadap keluar
b) Separuh kelas lainnya membentuk bundar di luar bundar pertama, menghadap ke dalam
c) Dua peserta didik yang berpasangan dari bundar kecil dan besar menyebarkan informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
d) Kemudian peserta didik berada di bundar kecil membisu di tempat, sementara peserta didik yang berada di bundar besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e) Sekarang giliran peserta didik berada di bundar besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya
25. Tebak Kata
a) Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada tanggapan (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
b) Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga
c) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
d) Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan didepan kelas
e) Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya dilarang dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
f) Sementara peserta didik membawa kartu 10x10 cm membacakan kata- kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. tanggapan sempurna bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
g) Apabila jawabannya sempurna (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum sempurna pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan eksklusif memberi jawabannya.
h) Dan seterusnya
26. Word Square
a) Buat kotak sesuai keperluan * Buat soal sesuai TPK
b) Guru memberikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
c) Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
d) Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir aksara dalam kotak sesuai jawaban
e) Berikan poin setiap tanggapan dalam kotak
27. Scramble
a) Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
b) Buat tanggapan yang diacak hurufnya
c) Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
d) Membagikan lembar kerja sesuai contoh
28. Take And Give
a) Buat kartu ukuran ± 10x15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
b) Siapkan kelas sebagaimana mestinya
c) Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
d) Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi masing- masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
e) Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
f) Demikian seterusnya hingga tiap peserta sanggup saling memberi dan mendapatkan materi masing-masing (take and give).
g) Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan peserta didik pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
h) Strategi ini sanggup dimodifikasi sesuai keadaan
i) Kesimpulan
29. Concept Sentence
a) Guru memberikan kompentensi yang ingin dicapai
b) Guru menyajikan materi secukupnya
c) Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
d) Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
e) Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan memakai minimal 4 kata kunci setiap kalimat
30. Complete Sentence
a) Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
b) Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
c) Guru memberikan materi secukupnya atau peserta didik disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
d) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
e) Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh).
f) Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci tanggapan yang tersedia.
g) Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
h) Setelah tanggapan didiskusikan, tanggapan yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca hingga mengerti atau hapal
i) Kesimpulan
31. Time Token Arends 1998
a) Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
b) Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
c) Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
d) Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh
32. Pair Check
a) Bekerja berpasangan, Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) peserta didik. Setiap pasangan Mengerjakan soal yang pas lantaran semua itu akan membantu melatih
b) Pelatih mengecek. Apabila patner benar instruktur memberi kupon
c) Bertukar peran. Seluruh patner bertukar kiprah dan mengurangi langkah 1 – 3
d) Pasangan mengecek, Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
e) Penegasan guru. Guru mengarahkan tanggapan /ide sesuai konsep
33. Keliling Kelompok
a) Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memperlihatkan pandangan dan pemikirannya mengenai kiprah yang sedang mereka kerjakan
b) Peserta didik berikutnya juga ikut memperlihatkan kontribusinya
c) Demikian seterusnya giliran bicara bisa
34. Tari Bambu
a) Separuh kelas atau seperempat jikalau jumlah peserta didik terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain ialah peserta didik berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok lantaran diharapkan waktu relatif singkat.
b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
c) Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran menyebarkan sinformasi.
d) Kemudian satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing peserta didik menerima pasangan yang gres untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan
35. Dua tinggal dua tamu (two stay two stray)
a) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
c) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
B. MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses mencar ilmu mengajar yang diselenggarakan efektif dan mempunyai kegunaan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Karena intinya proses mencar ilmu mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dan guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses pembelajaran. Oleh lantaran itu pendidik dan khususnya Kepala Sekolah dituntut untuk meningkatkan kiprah dan kompetensinya, dalam mengorgainasi atau mengelola pembelajaran dengan membuat lingkungan mencar ilmu yang efektif, efisien dan menyenangkan biar hasil mencar ilmu peserta didik berada pada tingkat yang optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran, seoran pendidik sanggup memainkan banyak sekali kiprah pengelola pembelajaran sebagai demonstrator, pengelola kelas, perantara dan fasilitator/mentor dan sebagai evaluator. Sebagai tenaga profesional, seorang pendidik dituntut bisa mengelola kelas yaitu membuat dan mempertahankan kondisi mencar ilmu yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Pengelolaan pembelajaran sanggup diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan ketertiban kelas, tetapi ngengertian pengelolaan pembelajaran ini telah mengalamai perkembangan dan diartikan proses seleksi dan memakai alat-alat yang sempurna terhadap problem dan situasi pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran ialah suatu perjuangan yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan mencar ilmu mengajar dengan maksud biar dicapai kondisi yang optimal sehingga sanggup terealisasi kegiatan mencar ilmu mengajar menyerupai yang diharapkan (Arikunto, 1986: 143).
Fungsi pengelolaan pembelajaran sangat fundamental sekali lantaran kegiatan pendidik dalam mengelola pembelajaran meliputi kegiatan mengelola tingkah laris peserta didik dalam kelas, membuat iklim sosio emosional dan mengelola proses kegiatan kelompok, sehingga keberhasilan pendidik dalam membuat kondisi yang memungkinkan proses mencar ilmu mengajar berlangsung secara efektif.
Menurut banyak sekali sumber mencar ilmu tujuan pengelolaan pembelajaran ialah sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan mencar ilmu maupun sebagai kelompok mencar ilmu yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan banyak sekali kendala yang sanggup menghalangi terwujudnya interaksi mencar ilmu mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot mencar ilmu yang mendukung dan memungkinkan peserta didik mencar ilmu sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5) Menciptakan suasana sosial yang memperlihatkan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada peserta didik.
6) Memfasilitasi setiap anak di kelas sanggup bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien
Prinsip-Prinsip Pengelolaan pembelajaran
Secara umum faktor yang menghipnotis pengelolaan pembelajaran dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal peserta didik bekerjasama dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian peserta didik denga ciri-ciri khasnya masing-masing menimbulkan peserta didik berbeda dari peserta didik lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor eksternal peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, contohnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih gampang terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan pembelajaran sanggup dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.
Hangat dan Antusias diharapkan dalam proses mencar ilmu mengajar. Pendidik yang hangat dan dekat pada anak didik selalu memperlihatkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan pembelajaran.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang santun, arif, ramah dan menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk mencar ilmu sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laris yang menyimpang.
Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar pendidik, pola interaksi antara pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan pembelajaran yang efektif dan menghindari kejenuhan.
Keluwesan. Keluwesan tingkah laris pendidik untuk mengubah seni administrasi mengajarnya sanggup mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta membuat iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran sanggup mencegah munculnya gangguan menyerupai keributan peserta didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan kiprah dan sebagainya.
Penekanan pada hal-hal yang Positif. Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, pendidik harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu pemfokusan yang dilakukan pendidik terhadap tingkah laris peserta didik yang positif daripada mengomeli tingkah laris yang negatif. Penekanan tersebut sanggup dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran pendidik untuk menghindari kesalahan yang sanggup mengganggu jalannya proses mencar ilmu mengajar.
Penanaman Disiplin Diri. Tujuan selesai dari pengelolaan pembelajaran ialah anak didik sanggup mengembangkan dislipin diri sendiri dan pendidik sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
Terdapat banyak sekali model pengelolaan pembelajaran atau pengelolaan kelas. Model- pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan dilandasi dengan argumentasi teoritis tertentu. Antara satu model dan model lainnya terdapat beberapa perbedaan pendekatan, strategi, metode, taktik dan sebagai, tetapi yang perlu diingat bahwa semua model pengelolaan pembelajaran bertujuan sama yaitu menimbulkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan memdorong terjadinya proses belajar. Beberapa model pengelolaan pembelajaran yang sering kita dengar menyerupai pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, pembelajaran tematik, pembelajaran terpadu, pembelajaran kontektual, pembelajaran bermakna dsb.
Fokus perhatian yang dijadikan landasan penyusunan dan pemilihan model-model pembelajar sangat beraga, sebagai misal atas dasar kelompok peserta didik sehingga dikenal pembelajaran klasikal dan pembelajaran individual. Model pengelolaan pembelajaran lebih didasarkan pada tema pembelajaran sehingga dalam tema tersebut peserta didik sanggup kesempatan mencar ilmu banyak sekali materi bimbing yang terkait sehingga kita mengenal model pmbelajaran tematik. Model pembelajaran yang menekankan pada pengaturan waktu sehingga dikenal pembelajaran sistem blok. Terdapat juga model pembelajaran yang lebih didasarkan pada bagaimana acara peserta didik mencar ilmu sehingga muncul model pembelajaran model PAKEM dengan segala variasinya.
Beragam model pembelajaran yang telah dikembangkan selama ini masing-masing mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu biar supaya proses pembelajaran yang terjadi efektif, dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh lantaran itu pemilihan model pembelajaran yang dipergunakan bergantung pertimbangan dan keputusan para pendidik.
Pendidik sebagai pengelola pembelajaran merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan seni administrasi yang akan dipakai dengan banyak sekali kegiatan di kelas, dan pendidik pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi kendala dan tantangan yang muncul; maka dengan tiga pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan sangat membantu pendidik dalam melaksanakan kiprah pekerjaannya.
Pendidik dalam melaksanakan kiprah mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan pembelajaran yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan mencar ilmu peserta didik serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut, sarana prasarana yang tersedia, serta sosial budaya peserta didik. Menyusun seni administrasi untuk mengantisipasi apabila kendala dan tantangan muncul biar proses mencar ilmu mengajar tetap sanggup berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sanggup tercapai.
Pengelolaan pembelajaran akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila pendidik mempunyai motivasi kerja yang tinggi, dan pendidik mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi pendidik dalam melaksanakan kiprah mengajarnya. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran tidak sanggup terlepas dari motivasi kerja pendidik, lantaran dengan motivasi kerja pendidik ini akan terlihat sejauhmana motif dan motivasi pendidik untuk melaksanakan pengelolaan pembelajaran, sedangkan dengan gaya kepemimpinan pendidik yang sempurna yang dipakai dalam pengelolaan pembelajaran akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan pembelajaran tersebut.
Pengelolaan pembelajaran ialah proses mengelola dan mengendalikan lingkungan kelas. Untuk memastikan bahwa antara pendidik dan peserta didik sanggup saling bekerjasama secara efektif dan produktif, tanpa gangguan atau sikap mengganggu, mereka memakai teknik tertentu. Indikator administrasi pembelajaran dipakai untuk mengukur keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran dan kegiatan mereka.
Salah satu indikator kesuksesan pengelolaan pembelajaran ialah memastikan bahwa peserta didik aktif dan sibuk, bahkan ketika pendidik sibuk atau terjebak dalam tugas-tugas lain atau kegiatan. Sebagai contoh, dari waktu ke waktu, pendidik mungkin perlu berkonsultasi dengan pendidik lain atau direktur perihal hal-hal kelas, atau mereka mungkin harus membantu peserta didik secara individu dengan masalah atau isu. Ketika ini terjadi, kelas yang tersisa untuk perangkat sendiri, jikalau tidak dikelola dengan baik, ini sanggup menimbulkan masalah bagi pendidik atau peserta didik lain. Menyediakan kelas dengan kursus atau kiprah selama periode ini merupakan indikator keberhasilan administrasi kelas. Kelas yang disimpan diduduki bahkan ketika perhatian penuh guru tidak tersedia merupakan indikator bahwa guru kelas telah berhasil dengan sukses.
Indikator lain pengelolaan pembelajaran ialah kemampuan menyiapankan planning pembelajaran cadangan. Pada ketika planning pelajaran yang telah disiapkan tidak berhasil. Ketika ini terjadi, kemampuan pendidik untuk memperlihatkan peserta didik dengan planning pelajaran cadangan dan kegiatan merupakan indikator kualitas pengelolaan pembelajaran, lantaran memperkuat gagasan peserta didik bahwa kelas ialah lingkungan belajar. Jika peserta didik dibiarkan tanpa fokus yang terperinci dengan kiprah dan arahan yang telah disiapkan, mereka tidak tertarik dan kemungkinan akan meninggalkan kegiatan pembelajaran.
Model Pengelelolaan Pembelajaran Klasikal
Pengajaran klasikal ialah model pengelolaan pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari. Istilah klasikal bisa diartikan sebagai secara klasik yang menyatakan bahwa kondisi yang sudah usang terjadi, bisa juga diartikan sebagai bersifat kelas. Kaprikornus pembelajaran klasikal berarti pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini, yaitu pembelajaran yang memandang peserta didik berkemampuan tidak berbeda atau sama sehingga mereka menerima pelajaran secara bersama, dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Pembelajaran klasikal tidak berarti jelek, tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu apakah semua peserta didik berartisipasi secara aktif terlibat dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar dan mencatat, apakah pembelajara efektif mencapai tujuan pembelajaran, apakah pembelajaran menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik.
Pada model pengelolaan pembelajaran ini pendidik mengajar sejumlah peserta didik, biasanya antara 30-40 peserta didik di dalam sebuah ruangan kelas. Dalam kondisi menyerupai ini, kondisi mencar ilmu peserta didik secara individual baik menyangkut kecepan belajar, kesulitan mencar ilmu dan minat mencar ilmu kurang diperhatikan oleh pendidik. Pada umumnya cara pendidik dalam menentukan kecepatan menyajikan materi pembelajaran dan tingkat kesukaran materi pembelajaran bergantun pada informasi kemampuan peserta didik secara umum. Pendidik tapak sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan pendidik mengajar dan lain-lain sepenuhnya ada ditangan pendidik.
Model pembelajaran klasikal konvensional biasanya menuntut disiplin yang tinggi dari para peserta didik, dan pendidik mempunyai otoritas penuh di ruang kelas. Pembelajaran klasikal cenderung dipakai oleh pendidik apabila dalam proses pembelajarannya lebih banyak bentuk penyajian materi dari pendidik. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami peserta didik. Metode yang dipakai cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi.
Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi pendidik dalam mengorganisasi materi pelajaran, lantaran dalam pelajaran klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh peserta didik. Pembelajaran klasikal sanggup dipakai apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran klasikal sanggup membentuk kemampuan peserta didik dalam menyimak atau mendengarkan, membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam bertanya.
Penyelenggaraan pendidikan sekolah di negara ini lebih cenderung bersifat klasikal, bentuk pengajaran klasikal berhasil menempatkan pendidik sebagai faktor lebih banyak didominasi dan menjadi sangat penting/kunci bagi peserta didik lantaran pendidik sering menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh lantaran itu, sangat bijaksana jikalau seorang pendidik mempunyai sikap ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani serta mempunyai bakat yang memadai untuk mengembangkan potensi peserta didiknya secara utuh. Pendidik dituntut untuk sanggup bekerja secara teratur, konsisten, dan kreatif dalam menghadapi masalah yang terkait dengan tugasnya terutama kemampuan melaksanakan acara mencar ilmu mengajar yaitu kemampuan membuat interaksi mencar ilmu mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi serta acara yang telah ditentukan. Seorang pendidikan dalam
Pembelajaran klasikal mempunyai kelemahan, diantaranya ialah pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik, peserta didik menjadi peserta secara pasif, serta pembelajaran bersifat aneh dan teoritis. Pembelajaran klasikal sanggup diminimalisir jikalau didukung dengan buku teks pelajaran yang relevan dan kontekstual serta penggunaan sumber-sumber mencar ilmu yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta gampang diakses oleh peserta didik.
Model Pengelolaan Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara individual ialah kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan individu dalam pengorganisasian pembelajaran yang menitik beratkan pinjaman dan bimbingan mencar ilmu kepada individual kelas secara khusus.
Secara umum perbedaan pembelajaran individual dan klasikal yaitu :
1) Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan di dalam kegiatan belajar.
2) Keaktifan berdasarkan psikologi anak ialah makhluk yang aktif
3) Keterlibatan langsung/ pengalaman mencar ilmu haruslah dilakukan sendiri oleh peserta didik, mencar ilmu ialah mengalami sendiri dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain.
4) Perbedaan individual peserta didik merupakan makhluk individual yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas.
Pengertian pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan (Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan mencar ilmu mengajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang sanggup diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan mencar ilmu mengajar dalam kelompok peserta didik yang besar.
Pembelajaran individual merupakan suatu cara pengaturan acara mencar ilmu dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap peserta didik biar sanggup memacu kecepatan belajarnya dibawah bimbingan guru.
Pembelajaran secara individual ialah kegiatan mengajar pembelajar yang memetik beratkan pinjaman dan bimbingan mencar ilmu kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan mencar ilmu kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual, pembelajar memberi pinjaman pada masing-masing pribadi. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual sanggup ditinjau dari segi: tujuan pembelajaran, peserta didik sebagai subjek yang belajar, pendidik sebagai fasilisator, acara pembelajaran, orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran Individual yang menonjol ialah pemberian kesempatan dan keleluasaan peserta didik untuk mencar ilmu berdasarkan kemampuan sendiri. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal, setiap individu mempunyai paket mencar ilmu sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga. Posisi Peserta didik dalam pembelajaran Individual: Posisi peserta didik bersifat sentral Keleluasaan mencar ilmu berdasarkan kemampuan sendiri Kebebasan memakai waktu belajar. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan dsb.
Model Pengelolaan Pembelajaran Tematik
Pengelolaan pembelajaran tematik menitikberatkan tema sebagai dasar perancangan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan tema tertentu peserta didik sanggup mengikuti kegiatan pembelajaran klasikal atau individual. Pembelajaran tematik pada umumnya sering dipergunakan dalam pembelajaran peserta didik yang berada pada kelas awal sekolah dasar berada pada rentangan usia dini. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami kekerabatan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek positif dan pengalaman yang dialami secara langsung. Kondisi-kondisi tersebut ini menjadi landasan bagi pengembangan pola dan seni administrasi pembelajaran yang tepat, tidak saja biar tujuan-tujuan pembelajaran sanggup tercapai, melainkan juga biar tujuan acara pendidikan sanggup terpenuhi, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, etika mulia, serta keterampilan untuk hidup berdikari dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran tematik yang melibatkan banyak sekali mata pelajaran untuk memperlihatkan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik, merupakan model pembelajaan inovatif yang sanggup menjadi solusi bagi pembelajaran terpisah yang selama ini dipakai di kelas-kelas awal sekolah dasar.
Salah satu dimensi penting dari pembelajaran tematik tersebut ialah seni administrasi pembelajarannya. Penetapan seni administrasi pembelajaran yang sempurna dan optimal akan mendorong prakarsa dan memudahkan mencar ilmu peserta didik. Titik awal upaya ini diletakkan pada perbaikan proses. Oleh lantaran itu, penyelidikan yang cermat perihal seni administrasi pembelajaran tematik menjadi penting dan mendesak di tengah kebingungan banyak sekolah menemukan sosok utuh seni administrasi pembelajaran tematik, teristimewa melalui kajian empirik.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran terutama di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, contohnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang bekerjasama dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menimbulkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik
Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep mencar ilmu dan mencar ilmu bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik ialah pembelajaran tepadu yang memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup memperlihatkan pengalaman mencar ilmu bermakna kepada peserta didik.
Ciri pembelajaran tematik antara lain :
a) Berpusat pada anak
b) Memberikan pengalaman eksklusif pada anak
c) Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak begitu jelas
d) Menyajikan konsep dari banyak sekali bidang studi/mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
e) Bersifat luwes
f) Hasil pembelajaran sanggup berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
g) Dengan memakai pembelajaran tematik diharapkan akan memperlihatkan banyak keuntungan, di antaranya:
h) Peserta didik gampang memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
i) Peserta didik bisa mempelajari pengetahuan dan mengembangkan banyak sekali kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
j) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
k) Kompetensi dasar sanggup dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
l) Peserta didik bisa lebih mencicipi manfaat dan makna mencar ilmu lantaran materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
m) Peserta didik lebih bernafsu mencar ilmu lantaran sanggup berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
n) Guru sanggup menghemat waktu lantaran beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik sanggup dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya sanggup dipakai untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang meliputi kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan planning pelaksanaan pembelajaran.
Pemetaan Kompetensi Dasar. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh citra secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari banyak sekali mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dalam pemetaan kompetensi antara lain melaksanakan kegiatan klasifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, terukur dan/atau sanggup diamati
Dalam menetukan tema yang akan dipergunakan pada pembelajaran tematik sanggup dilakukan dengan pertama pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Atau kedua, memutuskan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru sanggup bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Dalam memutuskan tema perlu memperhatikan memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik, tingkat kesulitan materi pelajaran dan sebaiknya diurutkan dari yang termudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang positif menuju ke yang abstrak.Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik dan ruang lingkup tema diadaptasi dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
Penetapan jaringan tema. Setelah tema ditemukan maka dilanjutkan dengan pembuatan jaringan tema. Jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini sanggup dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema
Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni: menyenangkan lantaran berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik; mMemberikan pengalaman dan kegiatan mencar ilmu mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik; hasil mencar ilmu sanggup bertahan usang lantaran lebih berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan problem yang dihadapi; menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama; mMemiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain; mMenyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan problem yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. Selain itu pembelajaran tematik juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam klasifikasi tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jikalau skenario pembelajaran tidak memakai metode yang inovatif maka pencapaian standar Kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai lantaran akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Pemilihan Model Pengelolaan Pembelajaran
Setiap model pengeloaan pembelajaran mempunyai persyaratan-persyaratan tenrtentu untuk sanggup diimplementasikan secara sukses untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang diajarkan. Usia peserta didik menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam pemilihan model pengelolaan pembelajaran. Peserta didik yang berusia belia terutama yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta bisa memahami kekerabatan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Setiap anak mempunyai cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak mempunyai struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman perihal objek. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret., integratif dan hirarkis. Konkrit mengandung makna proses mencar ilmu beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang sanggup dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik pemfokusan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Integratif, pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum bisa memilah-milah konsep dari banyak sekali disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke serpihan demi bagian. Hirarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak mencar ilmu berkembang secara sedikit demi sedikit mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi
=========================================================
=========================================================