Pengertian Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
12:10 AM
Edit
Kepemimpinan Sekolah |
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk insan yang berkepribadian, dalam menyebarkan intelektual penerima didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan kiprahnya sangat penting untuk membantu guru, murid dan seluruh komponen sekolah. Didalam kepemimpinnya kepala harus sanggup memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah.
Sebelum membahas lebih jauh wacana kepemimpinan sekolah, berikut referensi wacana pengertian pemimin atau kepemimpinan berdasarkan para ahli,
- William G. Scott (1962) Kepemimpinan ialah proses menghipnotis aktifitas yang diorganisir dalam suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
- F. A. Nigro (1965) Inti dari kepemimpinan ialah menghipnotis aktifitas orang lain.
- F. I. Munson “The Management of Man”.Kepemimpinan sebagai kesanggupan atau kemampuan untuk mengatasi orang-orang yang sedemikian rupa semoga mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan kemungkinan pergesekan yang sekecil-kecilnya dan sebesar mungkin terjalinnya kerja sama.
- Ordway Tead (1929) Kepemimpinan sebagai penggabungan perangai yang membuat seseorang mungkin sanggup mendorong beberapa pihak lain untuk menuntaskan pekerjaannya.
- Hemhill dan Coon (1995) Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang memimpin banyak sekali kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang ingin dicapai bersama-sama.
- Rauch dan Behling (1984) Kepemimpinan merupakan suatu proses menghipnotis kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju arah pencapaian sebuah tujuan.
- Kartini Kartono (1994 : 48) Kepemimpinan itu karakternya khas, spesifik, dibutuhkan pada satu situasi tertentu. Sebab didalam sebuah kelompok yang melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu & mempunyai sebuah tujuan serta banyak sekali macam peralatan yang khusus. Pemimpin sebuah kelompok dengan ciri-ciri yang karakteristik ialah fungsi dari situasi tertentu.
- Tannenbaum, Weschler dan Massarik (1961) Kepemimpinan ialah sebuah efek antar pribadi, yang dijalankan pada keadaan tertentu, serta diarahkan lewat proses komunikasi, menuju arah pencapaian satu tujuan tertentu atau lebih.
- P. Pigors (1935) Kepemimpinan ialah proses dorong mendorong lewat keberhasilan sebuah interaksi dari banyak sekali perbedaan individu, mengontrol daya seseorang dalam mengejar tujuan bersama.
- George R. Terry Kepemimpinan merupakan suatu kekerabatan yang ada didalam diri seseorang atau pemimpin dan menghipnotis orang lain semoga mau bekerja dengan sadar dalam kekerabatan kiprah semoga tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan.
- Stephen J. Carrol dan Henry L. Tosj (1977) Kepemimpinan ialah seuatu proses menghipnotis orang lain untuk mengerjakan apa yang kau kehendaki dari mereka untuk mengerjakannya.
- Theo Haiman dan William G.Scott Kepemimpinan merupakan suatu proses beberapa orang diarahkan ,dipimpin, & dipengaruhi didalam sebuah pemilihan & pencapaian sebuah tujuan.
- Duben (1954) Kepemimpinan ialah kegiatan para pemegang kekuasaan & pembuat suatu keputusan.
- Reed (1976) Kepimpinan ialah suatu cara menghipnotis sikap seseorang semoga usaha sanggup dilakukan mengikuti kehendak dari seorang pemimpin.
- G. L. Feman dan E. K. Taylor (1950) Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan untuk membuat aktifitas suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektifitas yang maksimal & kerjasama dari tiap individu.
- James M. Black (1961) Kepemimpinan ialah kemampuan yang bisa meyakinkan orang lain semoga mau bekerjasama dibawah pimpinannya menjadi kesatuan dari tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
- P. Pigors “Ledearship and Domination” Kepemimpinan merupakan suatu proses dorong-mendorong yang mengontrol daya insan guna mengejar tujuan bersama, lewat interaksi yang berhasil dari majemuk perbedaan individual.
- C. Schenk “Leadership” : Infantry Journal. 1928. Kepemimpinan ialah manajemen mengenal seseorang dengan jalan persuasi & ide bukan melalui pengarahan dan semacamnya, atau bahkan paksaan, bahaya yang terselubung.
- H. Kootz & O’ Donnel “Principles of Management” Kepemimpinan merupakan aktifitas mempersuasi orang semoga mau bekerjasama dalam suatu pencapaian tujuan bersama.
==============================================
==============================================
Terkait pengertian kepemimpinan sekolah, ada baik kita juga melihat macam pengertian kepemimpinan kepala sekolah berdasarkan para ahli, diantaranya.
- Menurut Soetopo dan Soemanto (1984:1) Kepemimpinan ialah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.
- Kartini Kartono (1992:49) dalam bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan” mengemukakan definisi kepemimpinan dari banyak sekali tokoh antara lain:
- George R. Terry menyatakan kepemimpinan ialah kegiatan menghipnotis orang-orang semoga mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok.
- Ordway Tead mengemukakan kepemimpinan ialah kegiatan menghipnotis orang-orang semoga mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- T. Hani Handoko (1995:294) mendefinisikan kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seorang untuk menghipnotis orang lain supaya mencapai sasaran.
Pemimpin pada hakekatnya ialah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menghipnotis sikap orang lain di dalam kerjanya dengan memakai kekuasaan. Kekuasaan ialah kemampuan untuk mengarahkan bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner (1986:88) semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.
Jenis pemimpin ini bermacam-macam, ada pemimpin formal, yaitu yang terjadi karena pemimpin bersandar pada wewenang formal. Ada pula pemimpin informal, yaitu terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil menghipnotis sikap orang lain. Sebagaimana telah diungkap oleh Mulyasa “ kekuasaan itu bersumber pada imbalan, paksaan, keahlian, acuan, hukum, kharisma/kekuatan pribadi yang berdasarkan pada bawahan atau orang mendapatkan atau tidak mendapatkan atas segala sesuatu yang harus dilakukan.
Dalam kehidupan insan sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari usaha kolaborasi dalam mencapai tujuan hidupnya. Kerja sama ini dilakukan oleh beberapa orang dalam banyak sekali kegiatan untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan daripada bekerja sendiri. Keseluruhan proses kolaborasi itu disebut organisasi.
Dalam suatu organisasi apa pun bentuknya niscaya ada seseorang sebagai pemimpin atau pimpinan yang diberi kepercayaan untuk memimpin. Wirawan (2002:65) mengemukakan “ Pemimpin ialah orang yang dikenal oleh dan berusaha menghipnotis para pengikutnya untuk merealisir visinya”.
Kepemimpinan terjadi kalau ada pemimpin menghipnotis pengikutnya. Pemimpin merupakan unsur esensial dari kepemimpinan, tanpa pemimpin tidak ada kepemimpinan. Pemimpin sanggup berupa seorang individu atau dalam kepemimpinan kolektif pemimpin berupa kelompok individu.
Pemimpin juga sanggup dikelompokkan menjadi pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin Formal ialah pemimpin yang menduduki posisi atau jabatan formal dalam suatu organisasi karena dipilih dan diangkat oleh mereka yang mempunyai hak untuk itu. Sedangkan Pemimpin Informal ialah pemimpin suatu masyarakat yang tidak menduduki jabatan formal dalam organisasi masyarakat tapi mempunyai efek terhadap anggota dan organisasi masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas Siagian (1995:20) mengemukakan bahwa pemimpin atau pimpinan ialah “seorang kepala sekaligus seorang atasan dari sekelompok orang”.
Sekolah ialah suatu organisasi yang terdiri dari kumpulan orang yang tentunya mempunyai pimpinan, yang lazim disebut kepala sekolah. Kaprikornus yang dimaksud dengan pimpinan sekolah atau kepala sekolah ialah seorang kepala sekaligus seorang atasan dari suatu sekolah.
Pengertian lain pimpinan, sanggup diartikan sederhana sebagai pembimbing, penuntun atau pembina (yang dituakan), yang memperlihatkan kekerabatan antara orang yang memimpin dengan orang yang dipimpin demikian eratnya seperti menyatu. Mereka bukan saja menyatu antar mereka akan tetapi juga menyatu dengan kiprah dan seluruh asset organisasi.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan, di lihat dari status dan cara pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal leader, atau status leader. Status leader bisa meningkat menjadi functional leader. Tergantung dari prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranannya sebagai pemimpin pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan pertanggungjawaban kepadanya.
Pimpinan sekolah yang efektif bisa menawarkan pengarahan terhadap usaha semua pekerjaan guru dalam pencapaian tujuan. Tanpa pimpinan atau bimbingan, kekerabatan antar individu dengan tujuan organisasi suatu situasi dimana para individu bekerja untuk mencapai tujuannya sendiri, sementara keseluruhan organisasi berada dalam keadaan tidak efisien dalam pencapaian tujuan.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan problem kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah arus mendapat mendorong kinerja para guru dengan memperlihatkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara pribadi diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif sanggup mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Mulyasa (2002:10) mengemukakan bawa kepemimpinan sanggup diartikan sebagai kegiatan untuk menghipnotis orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sejalan dengan pendapat di atas Sutisna (1993:25) merumuskan kepemimpinan sebagai proses menghipnotis kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
Sementara Soepardi (1988:56) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud semoga mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan manajemen secara efektif. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kepemimpinan sedikitnya meliputi tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok daerah pemimpin dan pengikut berinteraksi.
Davis dalam Hicks dan G. Ray (1995:492) menyampaikan bahwa : … tanpa pimpinan, suatu organisasi akan merupakan campur aduknya insan dan peralatan. Kepemimpinan merupakan kecakapan untuk meyakinkan orang-orang semoga mengusahakan secara tegas tujuan-tujuannya dengan penuh semangat. Hal ini merupakan faktor insan yang mengikat suatu kelompok untuk bantu-membantu dan mendorongnya terhadap tujuan. Aktivitas manajemen ibarat halnya perencanaan, pengaturan dan pengambilan keputusan merupakan kepompong yang tidak aktif hingga pimpinan menyelenggarakan daya pendorong dan membimbingnya terhadap banyak sekali tujuan. Pimpinan mengimplementasikan ke dalam kenyataan. Ini merupakan suatu perbuatan yang pokok yang membawa kepada keberhasilan seluruh potensi yang terdapat dalam suatu organisasi dan orang-orangnya.
Jadi pimpinan atau kepala sekolah sangat diharapkan kalau suatu sekolah diharapkan mencapai keberhasilan penuh. Bahkan para guru yang baik perlu mengetahui bagaimana mereka sanggup memberi sumbangan untuk tujuan sekolah/organisasi, dan para guru yang kurang antusias memerlukan pimpinan yang menawarkan motivasi kerja. Biasanya motivasi dari pimpinan dikenal sebagai motivasi eksternal, untuk mempertahankan tujuan-tujuan yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan organisasi/sekolah.
“Seorang pemimpin dituntut untuk bisa menggerakkan para karyawannya dalam bekerja, terutama dalam cara bekerja yang efektif, efisien, irit dan produktif”. Seorang pimpinan juga diharapkan bisa mengarahkan orang lain dan yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, seorang pimpinan diharapkan bisa mengarahkan bawahannya untuk bersikap disiplin
William (1972:6) menyatakan bahwa atasan hendaknya mengetahui kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya dan sanggup memanfaatkannya seoptimal mungkin. Sebaliknya bawahan hendaknya sadar akan banyak sekali keberhasilan dan kegagalan dalam bekerja, dan berupaya untuk menganalisis sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan, dan berguru dari keduanya untuk meningkatkan kinerja supaya menjadi lebih baik. Atasan hendaknya memberi petunjuk wacana bagian-bagian mana dari kinerja yang harus dikembangkan. Atasan hendaknya menegaskan kembali kiprahnya dalam melaksanakan bimbingan kepada bawahan sehingga sanggup menghasilkan kinerja tinggi.
Lee (1990:30) menegaskan kiprah pemimpin ialah menjelaskan dan menterjemahkan visi organisasi untuk masa yang akan datang. Memimpin sekolah pada hakikatnya ialah membuat lingkungan sekolah yang kreatif, memberdayakan guru, dan merekayasa mereka menjadi tenaga yang berkualitas. Pimpinan hendaknya sanggup menyadari bahwa keberhasilan pimpinan turut ditentukan oleh tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh seluruh guru yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Kerja sama yang didasarkan pada kemitraan akan membawa kinerja sekolah menjadi lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa dalam tubuh sekolah, kepemimpinan hendaknya dikembangkan diantara semua guru, di semua tingkatan. Semua guru hendaknya berpartisipasi dalam menyebarkan visi dan misi sekolah menghadapi kala masa depan. Semua anggota kelompok organisasi hendaknya rela mendapatkan tanggung jawab baru, mengambil resiko, membina konsensus, dan saling percaya mempercayai diantara kolega. Pemimpin harus yakin bahwa semua orang mempunyai keterampilan memimpin yang ada di dalam diri masing-masing, dan keterampilan tersebut sanggup dikembangkan. Kepemimpinan bukan sesuatu yang mistik, akan tetapi terdiri atas sejumlah keterampilan yang sanggup dilatih dan dikembangkan, walaupun disadari bahwa ada faktor talenta alami tertentu yang menempel pada setiap orang.
Robin (1986:263) beropini bahwa keberhasilan dan kegagalan organisasi banyak ditentukan oleh keberhasilan dan kegagalan pemimpin dalam memainkan perannya. Peranan pemimpin dalam menggerakkan anggota mempunyai peranan yang strategik. Secara umum sanggup dikatakan bahwa seorang pemimpin pada tingkat apapun hendaknya mempunyai wawasan yang luas dan menjangkau ke masa depan, bisa membuat keseimbangan, keserasian, dan keserasian dalam membuat keputusan untuk menggerakkan anggotanya dalam mewujudkan target dan mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus berperan sebagai individu teladan (to do the right things), sebagai komandan, sebagai guru yang bertugas menyiapkan kader, sebagai seorang bapak yang bijak, seorang sahabat yang penuh pengertian dan berjiwa karsa.
Dalam kehidupan berorganisasi, pemimpin memegang peranan yang sangat penting, bahkan sangat menentukan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya memerlukan sekelompok orang lain yang disebut bawahan. Selain bawahan, pemimpin juga membutuhkan sarana dan prasarana dalam rangka memperlancar tugasnya sebagai pemimpin. Pemimpin Juga dituntut untuk membina kekerabatan baik dan menyenangkan dengan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin dalam organisasi mempunyai fungsi memperdayakan para bawahannya. Keberhasilan kepemimpinannya tergantung pada kemampuan kerja.
Seorang pemimpin yang berhasil ialah seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan pribadi tertentu, bisa membaca keadaan bawahannya dan lingkungannya. Faktor yang harus diketahui dari bawahannya ialah kematangan mereka, alasannya ada kaitannya dengan gaya kepemimpinan. Hal ini dimaksudkan semoga pemimpin sanggup bekerja dengan sempurna menerapkan pengaruhnya pada bawahan sehingga pemimpin memperoleh ketaatan memadai.
Keberadaan pemimpin yang efektif dan dinamis dalam struktur organisasi sangat strategis. Karena dengan adanya kesepakatan yang tinggi seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas para bawahannya, maka diharapkan akan meningkat pula kualitas bawahannya. Pemimpin yang efektif dan dinamis akan bisa mengendalikan, mengarahkan dan memotivasi bawahannya ke arah tercapainya produktivitas kerja pegawai, ibarat yang diharapkan oleh pemimpin dalam suatu organisasi.
Agar organisasi sanggup berjalan dengan baik, salah satunya unsur yang berperan ialah kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai proses menghipnotis interprestasi para pengikut terhadap suatu peristiwa, menentukan tujuan kelompok atau organisasi, pengorganisian dan aktivitas-aktivitas kerja, memotivasi para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan kekerabatan kolaborasi dan kerja kelompok, serta perolehan dukungan dan kolaborasi dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi. Definisi ini menawarkan pengertian yang sangat jelas, bahwa pihak atasan (pemimpin) yang menghipnotis kegiatan para pengikut melalui proses komunikasi ke arah tindakan mencapai tujuan. Kepemimpinan ialah efek dan tindakan tingkah laris kepercayaan dan perasaan dari seseorang dalam sebuah sistem sosial dengan orang lain, dengan harapan adanya kolaborasi dari orang yang sedang dipengaruhi. Kepemimpinan merupakan tingkah laris seorang individu untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas kelompok ke arah pencapaian tujuan organisasi. Pendapat tersebut memperlihatkan bahwa kepemimpinan mengacu kepada tingkah laris seorang pemimpin dalam menawarkan bimbingan, isyarat kepada para bawahannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Jadi, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sikap dari pemimpin tersebut.
Kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan menghipnotis acara yang berkaitan dengan kiprah dari para anggota kelompok. Ada tiga implikasi penting dari batasan tersebut :
Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut. Karena kesediaan mereka menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan.
Kepemimpinan meliputi distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok, yang tidak sanggup dengan cara yang sama mengarahkan acara pemimpin. Meskipun demikian anggota kelompok terperinci akan menghipnotis acara tersebut dengan sejumlah cara.
Di samping secara sah bisa menawarkan bawahan atau pengikutnya. Perintah atau pengarahan, pemimpin juga sanggup menghipnotis bawahan dengan banyak sekali cara lain. Shermerhorn, Hunt dan Obson menyatakan kepemimpinan ialah suatu proses penggunaan kekuatan untuk memperoleh efek manusia.
Mengacu kepada pendapat tersebut bahwa kepemimpinan dinyatakan sebagai proses, artinya kepemimpinan itu berlangsung dalam kurun waktu cukup usang yang dimulai dari membuat perencanaan (Planning) pengorganisasian (Organizing), pembimbingan (Directing), Pengawasan (Controlling) dan kembali lagi kepada pembuatan perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. Kepemimpinan merupakan proses menghipnotis acara seseorang atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu. (Blanchard, 1995:99)
Definisi di atas memperlihatkan bahwa situasi apapun kalau seseorang berusaha menghipnotis sikap orang lain atau kelompok, maka pada ketika itu sedang berlangsung proses kepemimpinan. Setiap ketika seorang berusaha menghipnotis sikap orang lain, maka orang itu ialah pemimpin potensial dan orang yang dipengaruhi ialah pengikut potensial. Oleh karena itu posisi seseorang tidak menjadi penghalang orang itu ialah atasan, rekan sejawat, bawahan, kawan atau sanak keluarga. Menurut teori seorang pemimpin tidak harus menjadi manajer dalam suatu organisasi atau perusahaan tertentu.
Kepemimpinan merupakan kecakapan untuk meyakinkan orang-orang semoga mengusahakan secara tegas tujuan-tujuannya dengan penuh semangat. Hicks, and Gullet. (1996: 492) Dalam pernyataan tersebut nampak adanya faktor insan yang mengikat suatu kelompok secara bantu-membantu dan mendorongnya ke arah tujuan.
Secara umum sanggup dikatakan, bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan menghipnotis sikap orang lain, dalam hal ini para anggota kelompok, sedemikian rupa sehingga sikap tersebut diwujudkan dalam pola tindak orang yang bersangkutan yang memungkinkannya menawarkan yang terbaik pada dirinya dalam menuntaskan kiprah bersama. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan yang sanggup dipelajari dan ditumbuh kembangkan, contohnya melalui pendidikan dan latihan. Artinya kepemimpinan seseorang bukan hanya bisa tumbuh dan berkembang karena adanya talenta dari seseorang yang dibawa semenjak lahir, tetapi bisa dididik dan dilatih.
Ada teori yang menyampaikan bahwa kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghipnotis suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Definisi ini menggambarkan bahwa kepemimpinan meliputi suatu proses pengaruh. Banyak sifat-sifat dan gaya-gaya yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam menghipnotis bawahannya. Hal ini memerlukan kesiapan dan kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.
Dalam pengertian yang paling mendasar, kepemimpinan berarti berada di barisan paling depan, memakai badan, gerakan mau dan keterampilan komunikasi anda untuk memberi isyarat kepada orang lain, jalan mana yang harus ditempuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepemimpinan yang berhasil menurut Hicks, and Gullet. (1996: 492) paling sedikit mempunyai delapan sifat, yaitu :
- Kemampuan untuk memusatkan perhatian.
- Penekanan pada nilai yang sederhana.
- Selalu bergaul dengan orang.
- Menghindari profesionalisme tiruan.
- Mengelola perubahan.
- Memilih orang.
- Hindari mengerjakan semua sendiri.
- Menghadapi kegagalan.
Pemimpin yang baik idealnya ialah mempunyai kombinasi dari sifat-sifat tersebut di atas.
Kepemimpinan sebagaimana dikatakan oleh Hadari Nawawi juga diartikan kemampuan menggerakkan, menawarkan motivasi dan menghipnotis orang-orang semoga tersedia melaksanakan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan wacana kegiatan yang harus dilakukan. Pendapat tersebut memperlihatkan bahwa kepemimpinan mengacu pada sikap seorang pemimpin. Ia memberi pengarahan, bimbingan, tuntunan kepada para bawahan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sikap si pemimpin tersebut.
Merujuk kepada teori-teori tersebut, maka secara sederhana sanggup disimpulkan bahwa pemimpin ialah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang (pemimpin) untuk menghipnotis orang lain (bawahan) dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
Tead (1935:31-34) menyatakan bahwa syarat kepemimpinan pendidikan adalah:
a. Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.
b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai.
c. Bersemangat
d. Jujur
e. Cakap dalam memberi bimbingan
f. Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan
g. Cerdas
h. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya
Komaruddin. (1993:35) menyatakan bahwa kepemimpinan harus mengandung unsur-unsur :
- Orang yang mempengaruhi,
- Orang yang dipengaruhi,
- Adanya tindakan untuk mempengaruhi,
- Adanya maksud dan tujuan.
- Setelah memahami hakikat kepemimpinan, maka selanjutnya dibahas mengenai gaya kepemimpinan. Istilah “ Gaya “ sanggup diartikan sebagai:
- Kekuatan, kesanggupan berbuat,
- Kuat,
- Sikap, gerakan,
- Irama dan lagu,
- Ragam ( Cara, Rupa, bentuk ),
- Cara melaksanakan gerakan dalam olah raga,
- Lagak, lagu tingkah laku,
- Sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus.
Gaya seorang pemimpin sanggup digambarkan dalam banyak sekali cara, contohnya pemimpin tersebut murah hati, keras kepala dan terus terang, meyakinkan. Menurut Hersey. (1994:29), Gaya Kepemimpinan ialah pola tingkah laris (kata-kata dan tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Kepemimpinan bukan hanya sekedar penampilan lahiriah saja, tetapi juga bagaimana cara mereka mendekati orang yang ingin dipengaruhi.
Corak atau gaya seorang pemimpin akan sangat besar lengan berkuasa terhadap efektivitas pemimpin. Pemilihan gaya kepemimpinan yang sempurna akan menawarkan motivasi kerja kepada bawahan, sehingga bawahan akan merasa puas. Sebaliknya tidak arang kesalahan dalam pemilihan gaya kepemimpinan berakibat kegagalan kepemimpinan seseorang dalam organisasi tersebut.
Adapun gaya atau tipe kepemimpinan yang pokok atau juga disebut ekstrem ada tiga tipe atau bentuk kepemimpinan yaitu:
a. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan sewenang-wenang ialah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktor terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin ialah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahnya harus dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak sanggup dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. Ia memakai bahaya dan eksekusi untuk menegakkan kepemimpinannya. Kepemimpian sewenang-wenang hanya akan menimbulkan ketidakpuasan dikalangan guru.
b. Kepemimpinan Laissez Faire
Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Yang mana kepemimpinan laissez faire menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melaksanakan kiprah yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin lasses faire banyak menawarkan kebebasan kepada personil untuk menentukan sendiri budi dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit sekali menawarkan pengarahan kepada personilnya.
Kepemimpinan Laissez Faire tidak sanggup diterapkan secara resmi di forum pendidikan, kepemimpinan laissez faire sanggup menjadikan kegiatan yang dilakuakn tidak terarah, perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang karenanya apa yang menjadi tujuan pendidikan tidak tercapai.
c. Kepemimpinan Demokratis
Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan insan atau personilnya sebagai factor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga-menghargai dan hormat-menghormati.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau mendapatkan dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan materi pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Kepemimpinan demokratis ialah kepemimpinan yang aktif, dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan perkembangan organisasi pendidikan.
Menurut Handoko.(1987:293) Gaya kepemimpinan ialah suatu cara pemimpin untuk menghipnotis bawahannya. Jika kepemimpinan terjadi dalam suatu organisasi dan seorang pemimpin perlu menyebarkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan gaya kepemimpinannya. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan menghipnotis sikap dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Kepemimpinan sanggup akan menjadi efektif kalau gaya kepemimpinan yang dilakukan sesuai dengan lingkungan yang ada dalam organisasi, baik karyawan, sarana prasarana, lingkungan sosial dan sebagainya. Hines (1993:122) menggolongkan gaya kepemimpinan ke dalam tiga golongan yaitu otokratis, demokratis dan kembali bebas. Secara relative berdasarkan Ronald Lipiit. (1987:294) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu: otokratis, demokratis atau partisipatif, dan laisser faire. Selanjutnya ketiga gaya tersebut dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1
Gaya Kepemimpinan
Otokratis | Demokratis | Laissez faire |
Semua penentuan kebijakan dilakukan oleh pemimpin. | Semua budi terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan pertolongan dari pemimpin | Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin. |
Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan tiba selalu tidak niscaya untuk tingkat yang luas | Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif mekanisme yang sanggup dipilih | Bahan-bahan yang majemuk disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila beliau akan menawarkan informasi pada ketika ditanya. Dia tidak mengambil pecahan dalam diskusi kerja |
Pemimpin biasanya mendikte kiprah kerja pecahan dan kerja bersama tiap anggota | Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan pembagian kiprah ditentukan oleh kelompok. | Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. |
Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam kebanggaan dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila memperlihatkan keahliannya | Pemimpin ialah obyektif atau fact mended dalam puiian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melaksanakan banyak pekerjaan | 4. Kadang-kadang memberi komentar impulsif impulsif terhadap kegiatan anggota, atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian |
Sumber : Ralph White dan Ronald Lipiit. 1987. Autocracy and Democracy. Dalam Sukanto Reksohadiprojo, T. Hani Handoko. Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE, h. 294.
Hersey dan Blanchard (1993:289) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan ialah pola sikap konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain, ibarat yang dipersepsikan orang-orang itu. Menurut Hadari. (1995:83-84) Gaya kepemimpinan mempunyai tiga pola dasar, yaitu :
Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan kiprah secara efektif dan efisien,
Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan kekerabatan kerja sama, dan
Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang sanggup dicapai
Teori Gaya Kepemimpinan
Teori Path Goal
Menurut Hani Handoko.(1997:290)Teori Path Goal ini menganalisis efek (dampak ) kepemimpinan terutama sikap terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Teori ini memasukkan empat tipe atau gaya pokok sikap pemimpin, yakni :
1) Kepemimpinan direktif (Directive leadership)
Pemimpin menawarkan perintah-perintah khusus kepada bawahan dan tidak ada kiprah serta bawahan dalam pembuatan keputusan.
2) Kepemimpinan Suportif (Supportive Leadership)
Pemimpin selalu bersedia menjelaskan, sebagai teman, gampang didekati dan memperlihatkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan. Pemimpin dekat dan tertarik pada bawahan sebagai manusia.
3) Kepemimpinan partisipatif (Participative leadership)
Pemimpin meminta dan memakai saran-saran bawahan untuk membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam organisasi industri manufaktur menyimpulkan bahwa dalam tugas-tugas yang tidak rutin karyawan lebih luas di bawah pemimpin yang partisipatif dari pada pemimpin yang non partisipatif.
4) Kepemimpinan orientasi prestasi (Achievement oriented leadership)
Pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi bawahan dan merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut serta melaksanakannya dengan baik. Kunci penting teori ini ialah cara pemimpin menghipnotis jalur antara sikap bawahan dan sasaran.
Likert dengan melibatkan kelompok Michigan (Thoha, 1995:34) dalam melaksanakan penelitian selama bertahun-tahun, mengemukakan empat sistem atau gaya dasar kepemimpinan organisasional
Secara ringkas keempat gaya tersebut sanggup diuraikan, sebagai berikut :
- Gaya kepemimpinan Otokratis eksplosif
Manajer mengambil semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, memerintahkan dan biasanya mengeksploitasi bawahan untuk melaksanakannya.
- Gaya otokratis penuh kebajikan
Manajer menentukan perintah-perintah kerja, tetapi bawahan diberi keleluasan (fleksibilitas) dalam melaksanakannya dengan suatu cara paternalistik.
- Gaya Partisipatif
Pimpinan memakai gaya konsultatif. Pimpinan ini meminta masukan dan mendapatkan partisipasi dari bawahan, tetapi tetap menahan hak untuk membuat keputusan final.
- Gaya demokratik
Pimpinan menawarkan banyak sekali pengarah kepada bawahan, tetapi menawarkan kesempatan partisipasi total dan keputusan dibentuk atas dasar konsensus dan prinsip mayoritas.
Gaya kepemimpinan ialah cara yang dipergunakan pemimpin dalam menghipnotis para pengikutnya.
Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan berdasarkan norma sikap yang dipakai seseorang pada ketika orang tersebut mencoba menghipnotis sikap orang lain ibarat yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi di antara orang yang akan menghipnotis sikap dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola sikap seseorang pemimpin yang khas pada ketika menghipnotis anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam menghipnotis anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak gampang untuk ditentukan. Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya sanggup dikaji dari tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, sikap dan situasional.
Pendekatan sifat
Pendekatan sifat mencoba mengambarkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini bertolak dari perkiraan bahwa individu merupakan sentra kepemimpinan. Kepemimpinan dipandang sebagai suatu yang mengandung lebih banyak unsur individu, terutama pada sifat-sifat individu. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
Pendekatan perilaku
Setelah pendekatan sifat kepribadian tidak bisa menawarkan tanggapan yang memuaskan, perhatian para pakar berbalik dan mengarahkan studi mereka kepada sikap pemimpin. Studi ini memfokuskan dan mengindentifikasi sikap yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya menghipnotis orang lain (pengikut). Pendekatan sikap kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.
Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya menyoroti sikap kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi dari pada sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.
Nanang Fatah (1996 ) Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
Keberhasilan Suatu organisasi atau forum dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, baik faktor yang tiba dari dalam maupun yang tiba dari lingkungan. Dari banyak sekali faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup secara umum dikuasai dan sanggup menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai pencetus dan pengarah.
Setiap bawahan mempunyai karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, semoga mereka sanggup memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan pegawai tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam psikisnya, perlu diupayakan untuk membangkitkan motivasi bawahan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang menghipnotis efektivitas pemimpin.
Menurut H. Jodeph Reitz (1981) faktor-faktor yang menghipnotis efektivitas pemimpin meliputi : 1) Kepribadian (personality) pengalaman masa kemudian dan harapan pemimpin, 2) harapan dan sikap atasan, 3) karakteristik harapan dan sikap bawahan, dan 4) Harapan dan sikap rekan.
Usaha membuat disiplin kerja sanggup dilakukan melalui perhatian dan kolaborasi dari pemimpin, yaitu sikap kepemimpinan yang membuat kekerabatan kerja dengan karyawan yang didasari rasa saling menghormati dan menghargai. Sondang P. Siagian (1979:26) menyatakan, “Setiap orang dalam organisasi bagaimana pun rendahnya pendidikan dan kedudukannya ingin dihargai oleh atasan, rekan setingkat dan organisasi lainnya.
Pendapat tersebut di atas didukung oleh James J. Cribbin (1990:136) yang menyatakan bahwa kalau para pemimpin bersikap egoistis, tidak mau bersikap kooperatif, tidak mau berkorban, cuma ingin mencari untung melulu maka organisasi akan menjadi kacau berserakan dan tujuan tidak akan tercapai. Pemimpin demikian akan banyak menebarkan ketakutan, keresahan, kecemasan, kesedihan, kesengsaraan di tengah anak buahnya.
Dari kedua pendapat di atas terperinci bahwa pemimpin hendaknya memperlakukan bawahan sebaik-baiknya sebagai rekan kerja, dalam hal pekerjaan maupun secara moral ibarat kejujuran, kesederhanaan, tidak egois akan tetapi segala tindakannya untuk kepentingan anggota. Dengan membuat suasana yang sehat dan menyenangkan akan membentuk moral yang tinggi. Dengan moral staff yang tinggi akan sanggup dikembangkan potensi-potensi sehingga disiplin diri akan tumbuh serta karyawan akan menawarkan segala kemampuannya untuk bekerja seoptimal mungkin. Untuk menjaga konsistensi disiplin kerja perlu adanya keteladanan yakni pimpinan harus dijadikan panutan atau contoh. “Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam menegakkan kedisiplinan perlu adanya teladan pimpinan.”
Pendapat ini didukung oleh Paul Hersey yang menyatakan bahwa jalan baik untuk mendisiplinkan bawahan atau rakyat banyak ialah pemimpin-pemimpin harus menawarkan kecintaan, pengorbanan dan teladan, kejujuran dan kesederhanaan sesuai ucapan dan tingkah lakunya, mau bekerja keras untuk kesejahteraan anggota dan bukan untuk kemakmuran dirinya sendiri.
Senada dengan pendapat di atas Bill Greech (1996:346) dalam terjemahan Alexander Sudiro mengatakan, “Pimpinlah dengan memberi contoh-contoh yang positif bukan memutuskan peraturan lewat teror, ancaman, omong besar dan intimidasi.” Dengan keteladanan dari pihak pimpinan, disiplin karyawan sanggup dibina sehingga kedisiplinan yang muncul tidak sekedar karena takut akan tetapi muncul dari kesadaran.
Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan berdasarkan Soekarto Indrafachrudi (1993:33) ialah intinya sanggup dibagai menjadi dua yaitu:
a) Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
- Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota sanggup berkerjasama mencapai tujuan itu.
- Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya sanggup dirumuskan planning kegiatan kepemimpinan yang sanggup memberi harapan baik.
- Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam menawarkan keterangan yang perlu supaya sanggup mengadakan pertimbangan yang sehat.
- Pemimpin berfungsi memakai kesempatan dan minat khusus anggota kelompok.
b) Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan
- Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok.
- Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu daerah bekerja yang menyenangkan, sehingga sanggup dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.
- Pemimpin sanggup menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan pecahan dari kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud kepemimpinan kepala sekolah yaitu proses pemahaman seorang guru dalam menawarkan arti mengenai kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah berdasarkan pengamatan, pengalaman, perhatian dan kepercayaan yang terseleksi selama menjadi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Nitisamito. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Bill Greech & Alexander Sudiro. 1996. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Camilia, Gladys and Margery. 1974. Educational Organization and Administration: Concepts, Practices and Issues. USA : Prentice Hall, Inc,
Chriss Lee. 1990. “Beyond Team Work”, Training: The Magazine of Human Resource Development, edition June.
Daniel C. Fieldman and Hugh J. Arnold. 1983. Managing Individual and Group Behaviors in organization. New York : McGraw-Hill Book Company.
Hadari Nawawi, Martini Hadari. 1985. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hadari Nawawi. 1996. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Herbert G. Hicks, G. Ray Gullet. 1996. Organisasi : Teori dan Tingkah Laku. Terjemahan G. Kartasapoetra dan A.G. Kartasapoetra. Jakarta: Bumi Aksara.
Herbert G. Hicks dan G. Ray Gullet. 1995. Organisasi, Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumi Aksara.
Gary K. Hines. 1993. Kepemimpinan. Terjemahan Susanto Budidharmo. Jakarta: PT. Gramedia.
Gary Yukl. 1944. Leadership in Organization. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall,
Jusuf Suit dan Almasdi. 1996. Aspek Sikap Mental dalam sumber Daya manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
James A.F Stoner. 1986. Manajemen. Terjemahan Nanang Fatah. Jakarta; Intermedia.
James J. Cribbin. 1990. Kepemimpinan: Mengefektifkan Strategi Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.
Jonh R, Schermerhorn, Jr, James G. Hunt, and Richard N Osborn. 1985. Management Organizational Behaviors. USA: Jonh Willey and Sons, Inc.
Komaruddin. 1993. Ensiklopedi Manajemen. Bandung: Alumni.
M.R. William.1972. Performance Appraisal in Management. London: Heineman
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:; Rosdakarya.
Paul Hersey and Ken Blanchard. 1993. Management of Organization Behavior. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc
Paul Hersey. 1994. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Terjemahan Dwi Astuty. Jakarta: Delaratase.
Paul Hersey, Ken Blanchard. 1995. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Manusia. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
Ralph White & Ronald Lipiit. 1987. Autocracy and Democracy. Dalam Sukanto Reksohadiprodjo, T. Hani Handoko, Organisasi Perusahaan . Yogyakarta: BPPE.
Rodman L, Drake. 1993. Seri Ilmu dan seni Manajemen Bisnis, Kepemimpinan. Terjemahan Susanto Budidharmo. Jakarta : PT. Gramedia.
Sondang P. Siagian. 1979. Bunga Rampai Manajemen Modern. Jakarta: Gunung Agung.
Sondang P. Siagian. 1997. Teori dan Praktek Pengambilan keputusan. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Sondang P. Siagian. 1995. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Haji Masagung.
Sukanto Reksohadiprodjo dan T. Hani Handoko. 1997. Organisasi Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Sutisna. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis dan Praktek. Bandung; Aksara
Soepardi. 1988. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta; P2LPTK
Stephen P. Robbins. 1996. Perilaku Organisasi. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT Prenhallindo.
Stephen P. Robbins. 1986. Organizational Behavior; Concepts Controversies, and Applications, 3rd edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hill
Thoha. 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali.
Wirawan. 2002. Kapita selekta Teori Kepemimpinan. Jakarta: Uhamka Press.