-->

Teori Berguru Bermakna

TEORI BELAJAR BERMAKNA

David  Ausubel  adalah  seorang jago  psikologi  endidikan. Ausubel memberi pemfokusan pada  proses  belajar yang bermakna. Teori berguru Ausubel terkenal  dengan berguru bermakna  dan pentingnya pengulangan sebelum  berguru dimulai. Menurut  Ausubel  berguru sanggup  dikalifikasikan ke dalam  dua dimensi.  Dimensi pertama bekerjasama dengan  cara informasi  atau  materi pelajaran  yang  disajikan pada siswa  melalui penerimaan  atau  penemuan. Dimensi  kedua  menyangkut cara bagimana  siswa  dapat  mengaitkan informasi  itu pada  struktur kognitif yang telah ada, yang meliputi  fakta, konsep, dan generalisasi yang telah  dipelajari dan diingat oleh siswa.
=========================================




=========================================

Pada  tingkat  pertama  dalam belajar,  informasi sanggup  dikomunikasikan  pada siswa  baik  dalam  bentuk  belajar  penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam  bentuk  final, maupun dengan bentuk  belajar  penemuan  yang mengharuskan siswa  untuk  menemukan  sendiri  sebagian  atau  seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa  menghubungkan atau  mengaitkan informasi itu pada pengetahuan  yang  telah  dimilikinya,  dalam hal  ini  terjadi  belajar  bermakna.  Akan  tetapi,  siswa  itu  sanggup  juga  hanya mencoba-coba menghafalkan informasi  gres itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam  hal ini terjadi  belajar  hafalan.

Belajar    bermakna    merupakan    suatu  proses      dikaitkannya    informasi  baru   pada  konsep-konsep    yang    relevan   yang    terdapat    dalam struktur  kognitif  seseorang.  Dalam    belajar      bermakna  informasi gres  diasimilasikan  pada  subsume-subsume  yang    telah    ada.    Ausubel    membedakan  antara  belajar   menerima  dengan  belajar  menemukan.  Pada  belajar    menerima  siswa  hanya menerima,  jadi  tinggal menghapalkannya,    sedangkan  pada   berguru menemukan konsep   ditemukan  oleh  siswa,    jadi      siswa      tidak      mendapatkan  pelajaran    begitu   saja.    Selain      itu      terdapat  perbedaan    antara    berguru   menghafal      dengan   belajar    bermakna,  pada   belajar  menghapal siswa  menghafalkan materi  yang sudah    diperolehnya,  sedangkan  pada  berguru bermakna    materi yang  telah   diperoleh  itu   dikembangkannya  dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.

Menurut    Ausubel    (dalam    Dahar,  1988:116)  prasyarat-prasyarat  berguru bermakna  ada    dua    sebagai    berikut.  (1)    Materi    yang    akan    dipelajari  harus  bermakna secara potensial;  kebermaknaan    materi      tergantung    dua faktor,   yakni      materi      harus  memiliki    kebermaknaan  logis    dan    gagasan-gagasan  yang  relevan    harus    terdapat  dalam    struktur  kognitif  siswa.  (2) Siswa  yang  akan belajar   harus    bertujuan  untuk  melaksanakan  berguru bermakna. Dengan demikian mempunyai kesiapan dan  niat untuk berguru bermakna.

Prinsip-prinsip dalam teori berguru Ausubel (Teori Belajar Bermakna)
Menurut  Ausubel faktor yang paling penting  yang menghipnotis berguru yaitu apa  yang  sudah    diketahui  siswa.  Jadi  agar    terjadi    belajar    bermakna,  konsep  baru  atau informasi   baru   harus   dikaitkan  dengan   konsep-konsep  yang  telah   ada    dalam  struktur  kognitif  siswa.  Dalam  menerapkan  teori  Ausubel  dalam mengajar, terdapat konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang  harus  diperhatikan.   Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Pengaturan Awal (advance organizer). Pengaturan  Awal mengarahkan  para siswa    ke    materi  yang  akan  dipelajari  dan  mengingatkan  siswa  pada  materi sebelumnya  yang  dapat  digunakanm  siswa  dalam  membantu  menanamkan pengetahuan baru.

b. Diferensiasi    Progresif.  Pengembangan  konsep  berlangsung  paling   baik  jika unsur-unsur  yang  paling  umum,paling  inklusif  dari  suatu  konsep  diperkenalkan  terklebih  dahulu, dan kemudian barudiberikan  hal-hal  yang lebih  mendetail dan  lebih khusus dari konsep itu. Menurut  Sulaiman  (1988: 203) diferensiasi progresif  adalah  cara  mengembangkan  pokok  bahasan  melalui penguraian  bahan    secara  heirarkhis  sehingga    setiap    bagian    dapat    dipelajari  secara  terpisah  dari  satu kesatuan yang besar.

c. Belajar Superordinat. Selama  informasi  diterima dan diasosiasikan  dengan konsep    dalam  struktur  kognitif  (subsumsi),  konsep    itu  tumbuh  dan  mengalami diferensiasi.  Belajar    superordinat  dapat    terjadi apabila konsep-konsep  yang telah  dipelajari sebelumnya dikenal  sebagai  unsur-unsur dari  suatu  konsep yang lebih luas, lebih inklusif.

d. Penyesuaia Integratif (Rekonsiliasi  Integratif). Mengajar bukan  hanya  urutan menurut  diferensiasi  progresif  yang  diperhatikan,  melainkan  juga  harus diperlihatkan bagaimana    konsep-konsep gres dihubungkan pada konsep- konsep    superordinat.  Guru  harus    memperlihatkan  secara eksplisit bagaimana arti-arti  baru    dibandingkan  dan    dipertentangkan  dengan    arti-arti  sebelumnya yang  lebih  sempit,  dan  bagimana konsep-konsep  yang  tingkatannya  lebih  tinggi kini mengambil  arti baru.

Penerapan Teori Ausubel (Teori Belajar Bermakna) dalam Pembelajaran
Untuk    menerapkan  teori    Ausubel    dalam    pembelajaran,  Dadang    Sulaiman  (1988)  menyarankan  agar  menggunakan  dua  fase,  yakni  fase  perencanaan  dan fase  pelaksanaan.  Fase  perencanaan  terdiri  dari  menetapkan  tujuan  pembelajaran,  mendiagnosis    latar    belakang    pengetahuan  siswa,    menciptakan struktur  materi   dan memformulasikan  pengaturan   awal.  Sedangkan  fase  pelaksanaan  dalam  pemebelajaran  terdiri  dari  pengaturan  awal,  diferensiasi progresif, dan rekonsiliasi integratif.







= Baca Juga =



Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel