Model Pembelajaran Interaktif
10:45 AM
Edit
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF |
Pengembangan model Pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran IPS sanggup dilakukan guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan Sembilan hal yakni : motovasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, berguru sambil bermain, berguru sambil bekerja, berguru menemukan dan memecahkan permasalahan serta hubungan sosial. Dalam proses acara berguru mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan pembaru. Dengan demikian kedudukan siswa dalan acara pem,belajaran di dalam kelas melalui kiprah aktif, dimana aktifitasnya sanggup diukur dari acara memperhatikan, memcatat, bertanya menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas, baik kiprah kelompok maupun kiprah individu. Dalam situasi berguru yang demikian siswa akan mendapat pengalaman yang berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.
Ahmad Sabari (2005;52) memaparkan perihal syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang dipakai harus sanggup membangkitkan motivasi, minat atau gairah berguru siswa.
2. Model pembelajaran yang dipakai sanggup merangsang keinginan siswa untuk berguru lebih lanjut, ibarat melaksanakan interaksi dengan guru dan siswa lainnya.
3. Model pembelajaran harus sanggup memperlihatkan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan.
4. Model pembelajaran harus sanggup menjamin perkembangan keegiatan kepribadian siswa.
5. Model pembelajaran yang dipakai harus sanggup mendidik siswa dalam teknik berguru sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui perjuangan pribadi.
6. Model yang dipakai harus sanggup menanamkan dan berbagi nilai-nilai dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Ada empat alasan mengapa siswa harus dikembangkan kemampuan berpikir. Pertama, kehidupan kita berakal balig cukup akal ini ditandai dengan masa informasi yang menuntut setiap orang untuk mempunyai kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan pilihan dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya, ;kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan pada banyak sekali problem dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut mempunyai kemampuan berfikir krisis dan kreatif, sebab problem sanggup terpecahkan dengan pemikiran ibarat itu, ketiga kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara gres atau tidak konvensional merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalah, dan alasan keempat, kreatifitas merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul problem dan bagaimana cara pemecahannya.
Peran guru mempunyai hubungan bersahabat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan tersebut yang harus dimiliki siswa yaitu ketrampilan berpikir, keterampilan social dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut sanggup dikembangkan dalam situasi berguru mengajar yang intraktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Usman.M.Uzer (1990), menyampaikan bahwa pola interaksi optimal antara guru dan siswa, antara siswa dan guru dan antara siswa dan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagaimana yang dikehendaki para andal dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada mixed ability sebab pada umumnya interaksi hanya terjadi antar siswa pintar dan guru. Agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu menentukan taktik pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang mnyatakan hal-hal yang bersifat menyenangkan sanggup menggali dan berbagi motivasi siswa. Motivasi siswa dipengaruhi taraf kelsulitan materi. Ini berarti motivasi sanggup berkurang apabila materi pembelajaran mempunyai taraf kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi sanggup juga taraf kesulitan justru tergantung pada motivasi siswa. Hal tersebut didukung oleh Sagimun dan Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang berkaitan dengan materi yang hndak diajarkan. Murray dan Bimo Wlgito (1983) mnyatakan bahwa siswa usia bawah umur bahagia berguru hal-hal yang nyata, dan yang menyenangkan.
Guru perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama dalam pengelompokan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukan kedalam siswa yang cerdas. Dengan keinginan siswa yang kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat pribadi dengan motivasi yang tinggi dalam kerjasama dengan teman sekelompok dengannya, Mursal (1981).
Kegiatan balajar tidak ditekankan pada “hasil“ tetapi pada “Proses” belajar. Makara yang lbih utama yaitu menyusun taktik bagaimana supaya siswa memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami” bukan “menghafal. Menurut Piaget dan Slavin (1995), menyatakan bahwa struktur pengetahuan di kembangkan dalam otak insan melalui dua cara yaitu asimilasi dan kemudahan yang berarti struktur pengetahuan gres dibentuk atas dtruktur pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.
Menurut Drost, SJ (1999), proses pembelajara berjalan dengan baik dan lancar kalau terjalin hubungan manusiawi antar guru dan siswa, hubungan persaudaraan antar siswa, situasi saling membantu, disiplin kerj, tanggung jawab, kawan dalam pelajaran, menolong, kerjasama yang erat, brbagi pengalaman, dan obrolan reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam barokah (2002), menyatakan bahwa landasan social dalam berguru mutlak harus ada kerena adanya kerjasama akan membantu mempercepat berguru dan adnya persaingan akan memperlambat proses belajar.
Guru dalam proses berguru mengajar yang interaktif sanggup berbagi teknik bertanya efektif atau melakuakan obrolan kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan sanggup mengungkapkan sesuatu atau mempunyai sifat inkuiri sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Beberapa komponon yang harus dikuasai oleh guru dalam memberikan pertanyaan yaitu pertanyaan harus gampang dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pertolongan waktu berpikir kepada siswa serta pertolongan tuntutan. Sedangkan jenis pertanyaan untuk berbagi model obrolan kreatif ada enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses berguru mengajar, guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan balasan dan menjadi dinding pemantul atas balasan siswa. Sementara itu Ahmadi (1984;35) mengemukakan bahwa hasil berguru yaitu hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini hasil berguru berupa perwujudan prestasi berguru siswa yang sanggup dilihat pada nilai setiap mengikuti tes hasil belajar.
Bahan Bacaan :
R. W. Dahar, 1989, Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga.
Sabri, A. 2005, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta.
Udin S. Winataputra, 2007 Materi dan Pembelajaran IPS SD, Universitas Terbuka.
Hera Lestari Mikarsa dkk, 2007 Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka
===============================================