-->

Peraturan Mendikbud Dan Menteri Agama Wacana Penerimaan Peserta Didik Gres Tahun Pelajaran 2015/2016

Peraturan Mendikbud dan Menteri Agama Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru tahun pelajaran 2015/2016 tampaknya masih menggunakaan Peraturan Bersama  antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama  Nomor 2/VII/PB/2014 Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal Dan Sekolah/Madrasah

Berikut ini isi Peraturan Bersama  antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama  Nomor 2/VII/PB/2014 Nomor 7 Tahun 2014 (yang mau download Di Sini)

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Dan Menteri Agama Republik Indonesia,
Menimbang  : 
a.   bahwa penerimaan  peserta  didik  baru  pada taman kanak-kanak/raudhatul  athfal/bustanul  athfal  dan sekolah/madrasah  jenjang  pendidikan  dasar  dan pendidikan  menengah,  perlu  dilakukan secara objektif, akuntabel, transparan dan tidak diskriminatif;
b.  bahwa supaya  pelaksanaan  penerimaan  peserta  didik baru  dapat  berjalan  secara  tertib  dan  lancar,  perlu penetapan  Peraturan  Bersama  antara  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama;
c.  bahwa  berdasarkan  pertimbangan  sebagaimana dimaksud pada karakter a dan karakter b, perlu memutuskan Peraturan Bersama antara Menteri  Pendidikan  dan Kebudayaan  dan  Menteri  Agama tentang  Penerimaan Peserta  Didik  Baru  pada  Taman  Kanak-Kanak/Raudhatul  Athfal/Bustanul  Athfal  dan Sekolah/Madrasah; 

Mengingat  : 
1.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan  Nasional  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 
2.  Peraturan  Pemerintah  Nomor  17  Tahun  2010  wacana Pengelolaan  dan  Penyelenggaraan  Pendidikan (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2010 Nomor  23,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Nomor  5105)  sebagaimana  telah  diubah dengan Peraturan  Pemerintah  Nomor  66  Tahun  2010 (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);
3.  Peraturan  Presiden  Nomor  47  Tahun  2009  wacana Pembentukan  dan  Organisasi  Kementerian  Negara sebagaimana  telah  diubah  beberapa  kali  terakhir dengan  Peraturan  Presiden  Nomor 55  Tahun  2013 (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2013 Nomor 125);
4.  Peraturan  Presiden  Nomor  24  Tahun  2010  wacana Kedudukan, Tugas,  dan  Fungsi  Kementerian  Negara serta  Susunan  Organisasi,  Tugas  dan  Fungsi  Eselon  I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan  Presiden  Nomor 56 Tahun  2013 (Lembaran Negara  Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126);
5.  Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan  Kabinet  Indonesia  Bersatu  IIsebagaimana  telah  diubah  dengan Peraturan  Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan  :  Peraturan Bersama  Antara Menteri  Pendidikan Dan  Kebudayaan Dan  Menteri  Agama Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak/Raudhatul  Athfal/Bustanul  Athfal  Dan Sekolah/Madrasah.

BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 2
Penerimaan peserta didik gres pada TK/TKLB/RA/BA dan sekolah/madrasah bertujuan  memberi  kesempatan  yang  seluas-luasnya  bagi  warga  negara  usia sekolah supaya memperoleh layanan pendidikan yang sebaik-baiknya.

BAB II PERSYARATAN CALON PESERTA DIDIK BARU
Pasal 3
Persyaratan calon peserta didik gres pada TK/TKLB/RA/BA adalah: 
a. telah  berusia  4  (empat)  tahun  sampai  dengan  5 (lima)  tahun  untuk kelompok A; dan 

b.  telah  berusia  5 (lima)  tahun  sampai  dengan  6 (enam)  tahun  untuk
kelompok B. 

Pasal 4
 (1)  Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  1  (satu)  pada SD/SDLB/MI/sederajat pada tanggal 1 Juli tahun berjalan:
a.  telah berusia 7 (tujuh) tahun hingga dengan 12 (dua belas) tahun wajib diterima;
b.  telah berusia berusia 6 (enam) tahun sanggup diterima; 
c.  telah  berusia berusia  5  (lima) tahun hingga dengan  kurang  dari 6 (enam)  tahun,  dapat  dipertimbangkan  atas  rekomendasi  tertulis  dari psikolog profesional; dan
d.  berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak sanggup diterima.
(2)  Dalam hal tidak ada psikolog profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  huruf  c,  rekomendasi  dapat  dilakukan  oleh  dewan  guru SD/SDLB/MI/sederajat yang  bersangkutan  sampai  dengan  batas  daya tampungnya  terpenuhi  sesuai  standar  pelayanan  minimal  pendidikan dasar;
(3)  Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  1  (satu)  pada  SDLB  sanggup mendapatkan usia lebih dari 12 (dua belas) tahun.

Pasal 5

(1) Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  7  (tujuh)  SMP/ MTs/sederajat pada tanggal 1 Juli tahun berjalan:
a.  telah  lulus  dan  memiliki  ijazah/STTB  SD/MI/SDLB/Paket A/Pendidikan Pesantren Salafiyah Ula/sederajat; 
b.  mempunyai SKHU  SD/SDLB/MI/Program Paket  A/Pendidikan  Pesantren Salafiyah Ula/sederajat; dan
c.  berusia  paling  tinggi  18  (delapan  belas)  tahun  pada  awal  tahun pelajaran baru. 
(2) Persyaratan calon peserta didik gres kelas 7 (tujuh) SMPLB yaitu peserta didik yang tamat dan mempunyai ijazah/STTB SD/MI/SDLB. 

Pasal 6

(1) Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh) SMA/MA/sederajat pada tanggal 1 Juli tahun berjalan: 
a.  telah  lulus  dan  memiliki  ijazah/STTB  SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat; 
b.  memiliki  SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket  B/Pendidikan  Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat; dan
c.  berusia  paling  tinggi  21  (dua  puluh  satu)  tahun  pada  awal  tahun pelajaran baru. 
(2) Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh)  SMALB  yaitu anak yang tamat dan mempunyai ijazah/STTB SMP/MTs/SMPLB. 
(3) Persyaratan  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh)  SMK/MAK/ sederajat pada tanggal 1 Juli tahun berjalan: 
a.  telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan mempunyai ijazah; 
b.  mempunyai SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket  B/Pendidikan  Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat; dan
c.  berusia  paling  tinggi  21  (dua  puluh  satu)  tahun  pada  awal  tahun pelajaran baru; dan 
d.  memenuhi  syarat  sesuai  dengan  ketentuan  spesifik  bidang  studi keahlian/program  studi  keahlian/kompetensi  keahlian  di  SMK/ MAK yang dituju. 
Pasal 7
Dalam  upaya  peningkatan  akses  pelayanan  pendidikan,  jumlah  peserta  didik gres yang sanggup diterima diatur sebagai berikut: 
a.  jumlah peserta didik pada TK/RA/BA dalam satu rombongan belajar/kelas paling banyak 25 (dua puluh lima) orang; 
b.  jumlah  peserta  didik  pada  TKLB dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 5 (lima) orang;
c.  jumlah  peserta  didik  pada  SD/MI  dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 32 (tiga puluh dua)
d.  jumlah  peserta  didik  pada  SDLB  dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 5 (lima) orang;
e.  jumlah peserta didik pada SMP/MTs dalam satu rombongan belajar/kelas paling banyak 36 (tiga puluh enam) orang; 
f.  jumlah  peserta  didik  pada  SMPLB  dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 5 (lima) orang;
g.  jumlah  peserta  didik  pada  SMA/MA  dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 40 (empat puluh) orang;
h.  jumlah  peserta  didik  pada  SMALB  dalam  satu  rombongan  belajar/kelas paling banyak 5 (lima) orang; dan
i.  jumlah peserta didik pada SMK/MAK dalam satu rombongan belajar/kelas paling  banyak  40  (empat  puluh)  orang  untuk  bidang  studi keahlian/program  studi  keahlian/kompetensi  keahlian,  pekerjaan  sosial, serta  bisnis  dan  manajemen,  dan  paling  banyak  30  (tiga  puluh)  orang untuk bidang studi keahlian lainnya.

BAB III
SELEKSI CALON PESERTA DIDIK BARU
Pasal 8
Penerimaan  peserta  didik  baru  dilaksanakan  oleh  TK/TKLB/RA/BA  dan sekolah/madrasah  dengan  memperhatikan  kalender  pendidikan  melalui tahapan  pemberitahuan  ke  masyarakat,  pendaftaran,  pengumuman  peserta didik gres yang diterima, dan registrasi ulang.

Pasal 9
(1)  Seleksi  calon  peserta  didik  baru  kelas  1  (satu)  SD/SDLB/MI  dilakukan berdasarkan  usia  dan  kriteria  lain  yang  ditentukan  oleh  sekolah/ madrasah dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah. 
(2)  Seleksi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  tidak  berupa  seleksi akademis serta tidak dipersyaratkan telah mengikuti TK/TKLB/RA/BA. 
 
Pasal 10
(1)  Seleksi  calon  peserta  didik  baru  kelas  7  (tujuh)  SMP/MTs/SMPLB dilakukan berdasarkan:
a.  SKHU  SD/SDLB/MI/Program Paket  A/Pendidikan  Pesantren  Salafiyah Ula/sederajat; 
b.  Laporan Hasil  Belajar/Laporan  Hasil  Pencapaian  Kompetensi  Peserta Didik;
c.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah; 
d.  usia calon peserta didik baru;
e.  prestasi di bidang akademik; 
f.  talenta olah raga atau talenta seni; dan
g.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah. 

(2)  Apabila kriteria sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1)  tidak  terpenuhi, sekolah sanggup melaksanakan tes talenta skolastik atau tes potensi akademik. 
(3)  Seleksi calon  peserta  didik  baru  kelas  7  (tujuh)  SMP/SMPLB/MTs  yang berasal dari satuan pendidikan gila dilakukan berdasarkan:
a.  surat  rekomendasi  Direktur  Jenderal  Pendidikan  Dasar  atau  Direktur Jenderal Pendidikan Islam, sesuai dengan kewenangannya;
b.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah; 
c.  usia calon peserta didik baru;
d.  prestasi di bidang akademik;
e.  talenta olah raga atau talenta seni; dan
f.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah.

Pasal 11
(1) Seleksi  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh)  SMA/SMALB/MA dilakukan berdasarkan:
a.  SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket  B/Pendidikan  Pesantren  Salafiyah Wustha/sederajat; 
b.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah/madrasah;
c.  usia calon peserta didik baru;
d.  prestasi di bidang akademik;
e.  talenta olah raga atau talenta seni; dan
f.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah. 
(2) Apabila  kriteria  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  tidak  terpenuhi, sekolah sanggup melaksanakan tes talenta skolastik atau tes potensi akademik.
(3) Seleksi calon peserta didik gres kelas 10 (sepuluh) SMA/SMALB/MA wajib menerima  paling  sedikit  20%  (dua  puluh  persen)  bagi  calon  peserta  didik yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu.
(4) Seleksi calon peserta didik gres kelas 10 (sepuluh) tuna grahita dan autis berat dilakukan menurut SKHUS.
(5) Seleksi calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (tujuh)  SMA/SMALB/MA  yang berasal dari satuan pendidikan gila dilakukan berdasarkan: 
a.  surat  rekomendasi  Direktur  Jenderal  Pendidikan  Menengah  atau Direktur Jenderal Pendidikan Islam, sesuai dengan kewenangannya;
b.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah;
c.  usia calon peserta didik baru; 
d.  prestasi di bidang akademik;
e.  talenta olah raga atau talenta seni; dan 
f.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah.

Pasal 12 
(1)  Seleksi  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh)  SMK/SMKLB/MAK dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian kemampuan dan minat peserta didik  baru  dengan  bidang  studi  keahlian/program  studi  keahlian/ kompetensi  keahlian  yang  dipilihnya  dengan  menggunakan  kriteria  yang ditetapkan  sekolah/madrasah  bersama  komite  sekolah/madrasah  dan institusi pasangan/asosiasi profesi. 
(2)  Apabila  seleksi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  tidak  diperlukan, seleksi dilakukan berdasarkan: 
a.  SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket  B/Pendidikan  Pesantren  Salafiyah Wustha/sederajat; 
b.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah/madrasah; 
c.  usia calon peserta didik baru;
d.  prestasi di bidang akademik;
e.  bakat olah raga atau talenta seni; dan
f.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah.
(3)  Apabila  kriteria  sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (2)  tidak  terpenuhi, sekolah sanggup melaksanakan tes talenta skolastik atau tes potensi akademik.
(4)  Seleksi  calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (sepuluh)  SMK/SMKLB/MAK wajib  menerima  paling  sedikit  20%  (dua  puluh  persen)  bagi  calon  peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu.
(5)  Seleksi calon  peserta  didik  baru  kelas  10  (tujuh)  SMK/SMKLB/MAK  yang berasal dari satuan pendidikan gila dilakukan berdasarkan:
a.  surat  rekomendasi  Direktur  Jenderal  Pendidikan  Menengah  atau Direktur Jenderal Pendidikan Islam, sesuai dengan kewenangannya;
b.  aspek jarak tempat tinggal ke sekolah; 
c.  usia calon peserta didik baru; 
d.  prestasi di bidang akademik;
e.  talenta olah raga atau talenta seni; dan 
f.  prestasi lain yang diakui sekolah/madrasah.

Pasal 13
(1)  Perpindahan  peserta  didik  baru  antarsekolah/antarmadrasah  dalam  satu kabupaten/kota,  antarkabupaten/kota  dalam  satu  provinsi,  atau antarprovinsi,  dilaksanakan  atas  dasar  persetujuan  kepala  sekolah/ madrasah  asal  dan  kepala  sekolah/madrasah  yang  dituju  dan  dilaporkan kepada  kepala  dinas  pendidikan  kabupaten/kota/provinsi/kantor kementerian  agama/kantor  wilayah  kementerian  agama  sesuai kewenangannya dengan  tetap  menggunakan  Nomor  Induk  Siswa  Nasional semula. 
(2)  Perpindahan  peserta  didik  baru  dari sekolah/madrasah  Indonesia  di  luar negeri dilaksanakan atas dasar persetujuan kepala sekolah/madrasah asal dan  kepala  sekolah/madrasah  yang  dituju  dan  dilaporkan  kepala  dinas kabupaten/kota/provinsi/kantor  kementerian  agama/kantor  wilayah kementerian agama sesuai dengan kewenangannya. 
(3)  Perpindahan  peserta  didik  baru  dari  satuan  pendidikan  asing  ke  satuan pendidikan  nasional,  dapat  dilakukan  setelah  mendapat  persetujuan Direktur  Jenderal  Pendidikan  Dasar  atau  Direktur  Jenderal  Pendidikan Menengah  atau  Direktur  Jenderal  Pendidikan  Islam,  sesuai  dengan kewenangannya.

Pasal 14
(1)  Penerimaan  peserta  didik  baru  pada  SD/SDLB/MI  dan  SMP/SMPLB/MTs yang  diselenggarakan  oleh  Pemerintah  atau  pemerintah  tempat tidak boleh memungut biaya pendidikan dalam bentuk apapun. 
(2)  Penerimaan  peserta  didik  baru  pada  SD/SDLB/MI  dan  SMP/SMPLB/MTs yang diselenggarakan oleh masyarakat sanggup memungut biaya pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
(3)  Penerimaan  peserta  didik  baru  pada  SMA/SMALB/MA  dan SMK/SMKLB/MAK dapat  memungut  biaya  pendidikan  sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
(4)  Penerimaan  peserta  didik  baru  pada  TK/TKLB/RA/BA  diatur  biaya penerimaannya  seringan  mungkin  dengan  memberikan  prioritas  paling sedikit 20%  (dua  puluh  persen) bagi  peserta  didik  yang  berasal  dari keluarga  ekonomi  kurang  mampu  agar  dipertimbangkan  dibebaskan  dari biaya penerimaan atau tidak dipungut biaya.

Pasal 15
Dalam  penerimaan  peserta  didik  baru,  orang  tua  calon  peserta  didik  diberi kesempatan untuk menunjukkan proteksi kepada TK/TKLB/RA/BA atau  sekolah/madrasah,  setelah  calon  peserta  didik  baru  dinyatakan  diterima sebagai peserta didik.
 
Pasal 16

(1)  Dinas  provinsi/kantor  wilayah  kementerian  agama  dan  dinas  pendidikan kabupaten/kota/kantor  kementerian  agama  sesuai  dengan  kewenangan masing-masing,  mengkoordinasikan  dan  memantau  pelaksanaan registrasi dan penerimaan peserta didik baru. 
(2)  Dalam  pendaftaran  dan  penerimaan  peserta  didik  baru,  sekolah/ madrasah mengikutsertakan komite sekolah/madrasah. 


BAB IV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Dengan berlakunya Peraturan Bersama ini, Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan  Nasional dan  Menteri  Agama Nomor  04/VI/PB/2011 dan  Nomor MA/111/2011 tentang  Penerimaan  Peserta  Didik  Baru  Pada  Taman  Kanak-Kanak/Raudhatul  Athfal/Bustanul  Athfal dan Sekolah/Madrasah  dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.



Terima Kasih


=====================================




Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel